Pages

Wednesday, January 12, 2022

PROSES KERJA PENATA ARTISTIK

Proses Kerja Penata Artistik

Penulis : Ucke Rakhmat Gadzali, S.Pd.


Dalam program acara drama televisi “Takdir”. Pnulis di percayakan oleh tim sebagai penata artistik. Dalam sebuah tahapan produksi program televisi penulis berperan di bagian produksi, menyiapkan semua bahan dan elemen – elemen yang akan di pakai pada saat shooting berlangsung seperti set desain, properti, wardrobe, make-up dan hairdo yang akan membantu kelancaran suatu program acara televisi.

Menurut Suprapto (2013 : 64) Penata Artistik adalah seorang yang ahli dalam menata ruang atau lokasi pengambilan gambar sesuai dengan yang kehendaki dalam skenario. Ia bertanggung jawab untuk mendesain seluruhp rogram produksi siaran televisi.

Menurut Irwanto dkk (2014:193) bahwa Tata artistik merupakan salah satuu nit kerja pada stasiun penyiaran televisi atau tim produksi film yang berfungsis ebagai penunjang acara siaran tv atau produksi film

Menurut Nina Kusumawati dkk (2017:14) Penata Artistik merupakan salahs atu unit kerja pada Stasiun penyiaran televisi atau Tim produksi film yangb berfungsi sebagai penunjang acara siaran TV atau Produksi Film.

Dengan demikian kesimpulan penata artistik atau pengarah artistik menurutp enulis adalah seseorang yang bertanggung jawab atas design suatu set lokasi saats hooting dan yang bertanggung jawab atas tata rias serta busana talent saats hooting.

Dalam program drama televisi yang berjudul “Takdir”ini, penulisd ipercayakan oleh tim sebagai Penata Artistik. Penulis harus bisa bekerjasamad engan sutradara karena penulis harus mampu menerjemahkan skenario sesuai ide kreatif yang diinginkan oleh sutradara. Jadi tugas utama penulis disini adalah membantu sutaradara dan penulis naskah untuk mewujudkan konsep yang telah disepakati bersama untuk menunjang tampilan program darama televise yang bagus

Adapun tugas Penata Artistik :

  1. Menggambarkan dan mengawasi dalam memutuskan semua elemen visual meliputi fotografi,desain artistik dan animasi.
  2. Mengembangkan storyboard ,tata letak dan sketsa kasar untuk produksi televisi,bahan cetakan dan produksi film.
  3. Melakukan konsultasi dengan produser,pengarah acara,dan semua kerabat kerja produksi serta tim teknis disain grafis untuk mendukung pelaksanaan produksi.
  4. Melakukan pengawasan terhadap desain dan bangunan dekorasi televisi serta memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan dan menentukan elemen dekornya.
  5. Mengembangkan dan mengurus anggaran Artistik serta mengalokasikan dana untuk proyek yang khusus
  6. Memesan, menginstalasi, mengoperasikan semua peralatan utama artistik serta mewujudkannya.

Pra Produksi

Pada saat melakukan pra produksi penulis mempersiapkan segala suatunya dengan memulai mempelajari skenario dengan teliti, lalu membuat list berisi detail kebutuhan set dan properti, lalu menghitung budget yang akan saya ajukan kepada produser. Menurut Irwanto dkk (2014:206) Production Meeting pengarah acara mengundang masing masing divisi yang terlibat dalam pelaksanaan produksi satuan kerja tata artistik yang di pimpin oleh penata artistik Magistor property , penata grafis,penata rias/busana dan animator.

Penulis menyimpulkan bahwa Penata Artistik harus mempunyai konsep yang sangat matang diawal produksi maupun pra produksi adalah untuk memberikan masukan tentang make up, kostum yang sesuai dengan tema pada acara tersebut serta set design lokasi saat shooting,agar lebih nyata.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh penata artistik pada tahap iini menurut Irwanto dkk (2014:204-205)

  1. Planning meeting dalam pertemuan perencanaan program televisi/produksi film produser menyerahkan draf skenario. Dalam hal ini produser didampingi sutradara.
  2. Melakukan bedah skenario, ini untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan termasuk dalam sebuah film, jadi setiap adegan, setiap percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan, maka penata harus mulai membuat list set/breakdown tata artistik apa saja yang diperlukan.
  3. Menentukan tim/divisi yang berada dibawah tanggung jawab penata artistik.
  4. Melakukan riset atau hunting lokasi untuk menentukan menyesuaikan lokasi dengan naskah yang diinginkan produser. Perencanaan lokasi berdasarkan script yang telah didapat. Kemudian dalam proses selanjutnya adalah menemukan lokasi dan meneliti tempat tersebut. Lokasi yang digunakan harus praktis dan sekiranya dapat direalisasikan kedalam perencanaan teknis dan non teknis.
  5. Kemudian dilakukan penjejakan lokasi-lokasi harus bener-benar diteliti apakah aman terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
  6. Interior lokasi, bila dengan alasan penghematan anggaran, demi keselamatan.
  7. Merinci apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah film. Jika sudah tau set apa saja yang dibutuhkan maka ia sudah dapat memulai membuat checklist benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya property kecil sebagai pemanis dari sebuah ruangan.
  8. Penata artistik memeberikan gambar lokasi yang dibutuhkan kepada set designer kemudian beberapa uraian lokasi ini dipaparkan dalam bentuk floorplan. Berikutnya, masing-masing department mempelajari apa-apa yang harus disiapkan. Kebutuhan set dekorasi, property, serta grafika adalah hal-hal yang sangat serius diperhitungkan secara detail oleh penata artistik
  9. Penata Artistik meminta persetujuan sketsa set yang telah di buat kepada produser dan sutradara.
  10. Merinci Budget yang di butuhkan.tentu saja setelah merinci apa saja yang dibutuhkan,ia juga perlu merinci budget yang harus di keluarkan,jika memang budget terbatas,maka deengan sendirinya ia harus pintar-pintar membagi budget sesuai kebutuhan. Semakin ia pandai membuat set yang sesuai dengan aslinya dengan budget yang standar,maka namanya pun akan semakin dikenal.
  11. Setelah biaya disetujui oleh production manager maka Penata Artistik mengecek keseluruhan persiapan artistik sampai pada tahap produksi

Produksi

Menurut Irwanto dkk (2014:207) Dalam bukunya “Broadcasting Televisi Teori Dan Praktik”. ”Pada saat produksi, maka tiap scene pun art director perlu ada dan berada di dekat sutradara untuk memastikan gambar yang diambil sesuai dengan apa yang diharapkan, sesuai dengan scenario dan dalam tampak gambarnya pun terlihat nyata.”

Menurut Irwanto dkk, (2014:207) Pada saat produksi maka setiap scene penata artistik perlu ada dan berada didekat sutradara untuk memastikan gambar yang diambil sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan scenario dan dalam tampakkan gambarnya pun terlihat nyata. Bisa saja ia terlibat langsung misalnya membentulkan letak set atau property yang dirasa tak pas di adegan yang dimaksud.

Dari kedua kutipan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pada tahap ini penulis harus selalu didekat sutradara hal ini dikarenakan penulis harus cepat dan cermat mengatasi kesulitan yang timbul didalam set. Penulis juga harus menjaga kontinity artistik. Penulis harus sigap dan cepat untuk mempersiapkan property, wardrobe yang diperlukan pada setiap scene nya. Penulis juga harus mempersiapkan keperluan untuk scene per scene berikut dari makeup, wardrobe, lokasi dan property tambahan hal ini dilakukan agar pada saat pengambilan gambar dan suara dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Setelah memepersiapkan segala keperluan untuk setiap scene nya, penulis mengambil gambar menggunakan kamera digital yang telah disiapkan kru khusus untuk keperluan penata artistik. Hal ini dilakukan untuk menghindar terjadinya jumping.

Setelah tahapan-tahapan pra produksi dipersiapkan secara konsep yang matang, tahapan produksi pun dimulai. Pada tahapan produksi ini seorang Penata Artistik terus mengikuti proses shooting untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan mempersiapkan kostum yang akan dipakai saat produksi dan lokasi yang ada kebanyakaan setiap segmentnya di outdoor sehingga penulis harus memperhatikan make up host dan penampilannya agar tidak terlihat aneh saat dikamera. Tahapan ini juga dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi agar semua proses produksi sesuai dengan apa yang dijadwalkan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan konsep yang sudah dibuat setiap kru diharuskan bekerja sama dalam tahapan produksi. Penulis selaku Penata Artistik bertanggung jawab penuh atas kelengkapan keseluruhan gambar yang ditampilkan.

Hal-hal yang dilakukan penulis saat proses disaat produksi diantaranya:

1. Set Property

Setingan penulis buat kebanyakaan memakai lokasi indoor jadi,dalam satu rumah bisa di set menjadi 3 set tempat yang berbeda,pastinya menggunakan banyak property yang harus di sewa dan dibawa oleh para team.


2. Wardrobe

Menurut Nina Kusumawati dkk (2017:22) “Wardrobe merupakan orang yang bekerja mengatur segala bentuk pakaian atau yang dikenakan pemain dalam melakukan adegan sesuai dengan tuntutan cerita atau skenario”. Penggunaan kostum pada program ini penulis menyesuaikan dengan tema cerita dari program itu sendiri, dimana program ini yang bertema tentang vespa tahun 60 maka segala sesuatu yang ditampilkan dalam program ini sesuai dengan konsep.Kemudian kostum yang digunakan juga berkonsep lebih santai agar cocok dengan konsep.

3. Make Up

Menurut Nina Kusumawati dkk (2017:23) Make up kerap diartikan melukis dengan bahan dan alat Kosmetik (Paningkiran: 10).Make up juga dikatakan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan tata rias untuk pemain dalam melakukan adegan sesuai tuntutan naskah dan peran dalam cerita.

Riasan wajah yang digunakan host, penulis berikan hanya menggunakan lipsglos dan sedikit bedak. Dikarenakan host tersebut tidak terbiasa memakai make up jadi penulis hanya memakaikannya tipis-tipis agar tidak kelihatan pucat dan berminyak saat dikamera. Jika shooting berlangsung penulis selalu standby di lokasi, karena selalu ada hal-hal yang kurang saat didepan kamera, berkeringat, rambut yang berantakan penulislah yang membetulkannya

Pasca Produksi

Menurut Irwanto Dkk (2014:207), “Broadcasting Televisi Teori Dan Praktik”. “Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari semua divisi yang terdapat dalam art departemen, dilihat kekurangan-kekurangan pada saat pengambilan gambar. Kemudian juga mengembalikan dan merapikan semua property dan peralatan art yang lain.”

Menurut Irwanto, dkk (2014:207), “Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari semua divisi yang terdapat di dalam art dilihat kekurangan- kekurangan pada saat pengambilan gambar kemudian juga mengembalikan dan merapikan semua property dan peralatan art yang lain”.

Pada tahapan ini, penulis sebagai Penata Artistik membenahi kembali segala sesuatu yang telah dipakai lokasi. Tahapan ini juga menjadi akhir dari seluruh rencana kerja yang akan penulis susun menjadi laporan kerja Penata Artistik. Tugas seorang penata adalah sebagai pembelajaran untuk produksi yang akan datang. Evaluasi adalah hal yang perlu diperhatikan pada setingan yang dihasilkan dari make up, dan wardrobe sudah sesuai dengan konsep. Hal ini harus lebih diperhatikan agar kesalahan saat produksi tidak terulang kembali.

Peran dan Tanggung Jawab Penata Artistik

Menurut Irwanto, dkk (2014:194), Penata Artistik bertanggung jawab atas seluruh penyediaan kebutuhan artistik mulai dari pra produksi sampai dengan pasca produksi.

Menurut Nina Kusumawati dkk (2017:14) Penata Artistik merupakan salah satu unit kerja pada stasiun penyiaran televisi atau tim produksi film yang berfungsi sebagai penunjang acara siaran tv atau produksi film.

Proses kerja Penata artistik antara lain mulai dari menggambarkan dan menganalisa set ruang yang masih dalam naskah dan kemudian dituangkan dalam pola set kasar bentuk gambar dua dimensi kemudian mengembangkan storyboard dan membuat set design yang menjadi panduan blocking kamera dan lighting merupakan bentuk kerjasama antara penata artistik dan penata kamera didalam pra produksi. Menurut Irwanto dkk (2014:194) dalam bukunya “Broadcasting Televisi Teori Dan Praktik” ia mengungkapkan “Secara teknis penata artistic bertanggung jawab atas seluruh penyediaan kebutuhan artistic mulai dari pra produksi sampai dengan pasca produksi.”

Tanggung jawab lainnya yang lebih khusus yakni membangun atau menciptakan set nyata dari imajinasi sutradara. Selain itu penataan make up juga memastikan kontinitas make up yang sama, yakni dengan melakukan pemotretan hasil make up awal dan menjadikannya acuan untuk pemakaian make up ulang sehingga tidak akan terdapat jumping pada setiap scene selanjutya. 

No comments:

Post a Comment