Pages

Tuesday, July 30, 2024

PROSEDUR KERJA TATA ARTISTIK

Pengertian TATA ARTISTIK:

Tata Artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling).

Yang termasuk di dalam seni tata artistik:

1. Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara

2. Menciptakan look dan style

3. Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik

 

Yang termasuk di dalam kerajinan (craft):

1. Pemilihan material untuk menetapkan look dan style

2. Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode

3. Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.

 

Seorang production designer (perancang tata artistik) diharapkan mampu menterjemahkan skenario dan konsep cerita ke dalam bentuk artistik yang nyata (kasat mata). Kolaborasi sutradara, penata fotografi (DoP) dan production designer sudah dilaksanakan jauh sebelum shooting dimulai.

Tata Artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.

Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton.

  1. Setting menunjukkan tentang waktu atau masa berlangsungnya cerita. Apakah dahulu, sekarang, atau di masa mendatang.
  2. Tentang tempat terjadinya peristiwa. Di kota, desa, di dalam ruangan, atau di tempat-tempat terbuka. Bagaimana dengan lingkungan masyarakatnya? Adat?

 

Bidang Kerja Departemen TATA ARTISTIK:

Praproduksi

1. Membuat sketsa-sketsa awal

2. Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain

3. Menentukan color palette

4. Menentukan konsep artistik secara integral

5. Merancang biaya tata artistik

Produksi

1. Menjadwalkan pembagian shot

2. Membuat setting dan property

3. Menjaga kontinuitas artistik

Pascaproduksi (pertanggungjawaban tata artistik)

 

Tim Kerja - Departemen Artistik

Selain profesi di bawah, di dalam departemen tata artistik masih ada beberapa pekerja lain yang mendukung. Diantaranya adalah asisten art director, set decorator, set dresser, property master, property bayer, hair and make up, costum designer, wardrobe dresser, production ilustrator, location manager dan special effect.

 

Art Director (Penata Artistik)

Pengertian:

Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.

Penyimpangan/perubahan pada saat eksekusi atas rancangan desain tata artistik/gambar kerja minimal harus atas persetujuan production designer atau sutradara terlabih dahulu. Seluruh proses dan hasil kerja seorang art director di bawah kendali/menjadi tanggungjawab production designer.

Pada proyek produksi dengan biaya terbatas, peran art director biasa dipegang langsung oleh production designer. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan rancangan tata artistik dengan bantuan beberapa orang asisten.

 

Sistem produksi yang diterapkan di Eropa biasanya diperlukan seorang art director untuk mengeksekusi semua rancangan tata artistik karena seorang production designer berkonsentrasi penuh terhadap tata artistik secara menyeluruh. Production designer menginstruksikan art director dan timnya tentang tata letak seluruh elemen-elemen artistik, baik di dalam set maupun untuk persiapan adegan selanjutnya.

 

Tugas dan Kewajiban ART DIRECTOR:

 

Tahap Praproduksi:

  1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
  2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
  3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
  4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.

 

Tahap Produksi:

  1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
  2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.

 

Hak-hak Art Director:

  1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
  2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.

 

Production Designer (Perancang Tata Artistik)

Pengertian:

Perancang tata artistik adalah seorang profesional dibidang perancangan tata rtistik yang bertugas merencanakan dan membuat gambar-gambar desain yang memenuhi standar estetika untuk sebuah produksi film. Bertanggungjawab dalam menciptakan look dan style dari sebuah film. Mengkoordinir seluruh profesional bidang tata artistik dan bekerja sangat dekat dengan sutradara.

 

Dengan pengetahuannya tentang arsitektur, warna, periode, lokasi, desain, set, seorang production designer menciptakan nuansa, atmosfir dan gaya untuk membangkitkan emosi dari keinginan sutradara.

 

Tugas dan Kewajiban Production Designer:

 

Tahap Praproduksi:

  1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan pengarah fotografi agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk artistik nyata (kasat mata) dengan menciptakan konsep look dan style yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
  2. Bersama asisten sutradara dan location manager melakukan hunting lokasi.
  3. Bersama sutradara dan pengarah fotografi menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
  4. Bersama sutradara dan pengarah fotografi dan departemen produksi mengecek ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merancang desain tata letak (floorplan) untuk menentukan set dekorasi dan berkoordinasi dengan sutradara dan pengarah fotografi dalam menentukan tata letak kamera.
  5. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi syarat.
  6. Menjabarkan konsep dari bentuk rancangan desain-desain menjadi bentuk gambar-gambar kerja/foto yang dijadikan acuan untuk dikerjakan saat persiapan produksi oleh seluruh personel tata artistik dan pendukungnya.
  7. Menentukan kebutuhan material sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam rancangan desain artistik/gambar kerja bersama seluruh personel tata artistik yang berkepentingan dibidangnya masing-masing (breakdown kebutuhan material artistik sesuai gambar kerja).

 

Tahap Produksi:

  1. Mengkoordinir pekerjaan departemen tata artistik yang secara teknis di lapangan ditangani oleh art director dan asistennya.
  2. Melaksanakan kontrol atas hasil akhir pekerjaan tata artistik sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara (shooting).
  3. Selalu berada di dekat sutradara manakala harus dengan cepat, tepat, dan cermat mengatasi kesulitan yang timbul di dalam set di saat perekaman gambar dan suara sedang berlangsung.
  4. Siap menghadapi perubahan manakala situasi di luar rencana (perubahan cuaca, perubahan tata letak set dan lain sebagainya).
  5. Bertanggungjawab atas hasil dan mutu tata artistik baik dari segi teknis maupun estetika secara utuh.

 

Hak-hak Perancang Tata Artistik

  1. Mendapatkan jumlah dan kualitas kru produksi yang profesional, sarana peralatan kerja dan fasilitas sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
  2. Mengajukan rancangan tata artistik kepada sutradara dan produser dengan harapan agar pengajuannya disetujui mengingat akan berkaitan erat dengan rancangan biaya tata artistik.
  3. Manakala ada perubahan konsep awal, perancang tata artistik wajib diberitahukan perubahan tersebut sebelumnya.

  

Menganalisis Materi Presentasi

A. Pengertian Presentasi

Presentasi adalah penyajian atau penyampaian karya tulis atau karya ilmiah seseorang di depan forum undangan/peserta atau suatu kegiatan berbicara di depan masyarakat/khalayak ramai (audiens), dalam rangka mengajukan suatu ide atau gagasan untuk mendapatkan pemahaman atau kesepakatan bersama. Kehadiran peserta dalam presentasi bermanfaat untuk membuat presentasi secara lebih aktif dan lansar, serta efisien dalam jangka waktu yang ditentukan.

Orang yang menyampaikan presentasi disebut presentator atau presenter, sedangkan orang yang menghadiri presentasi disebut audience. Agar presentasi itu dapat berjalan secara selektif, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan.

Hal yang dimaksudkan tersebut adalah sebagai berikut :

  • menarik minat dan perhatian peserta
  • mengarahkan perhatian peserta
  • mempertahankan minat dan perhatian peserta
  • menjaga kefokusan pada presentasi yang disajikan
  • menjaga etika atau kode etik presentasi 

B. Tujuan Presentasi

Adapun tujuan dari presentasi adalah :

Menginformasi

Presentasi berisi informasi yang akan disampaikan kepada orang lain. Presentasi semacam ini sebaiknya menyampaikan informasi secara detail dan jelas sehingga pendengar dapat menerima informasi dengan baik dan tidak salah persepsi terhadap informasi yang diberikan tersebut.

Meyakinkan

Presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusun secara logis (masuk akal) dan sistematis sehingga menyakinkan pendengar atas suatu topik tertentu. Kontradiksi dan ketidakjelasan informasi dan penyusunan yang tidak logis dapat mengurangi keyakinan orang atas presentasi yang sampaikan.

Membujuk

Presentasi secara logis dapat membuat pendengar mau untuk melakukan suatu aksi atau tindakan. Presentasi dapat berisi bujukan (ajakan), atau rayuan yang disertai dengan bukti-bukti sehingga pendengar merasa tidak ragu dan yakin untuk melakukan suatu tindakan.

Menginspirasi

Presentasi bertujuan untuk membangkitkan inspirasi dan memberikan motivasi kepada pendengar atau audiens.

Menghibur

Presentasi bertujuan untuk memberi kesenangan kepada orang atau pendengar melalui informasi yang disampaikan dalam presentasi.


C.  Teknik Presentasi

Slide presentasi juga berperan dalam penyampaian isi materi, selain dikemas dengan lebih singkat dan menarik, slide dapat menjadi fasilitas untuk memaparkan hasil penelitian. Kekoherensian (kepaduan/hubungan) slide akan mendukung kelancaraan presentasi dan menarik perhatian audiens, karena jika tidak adanya dukungan dari audiens dapat mengganggu kelancaran dalam presentasi. Misalnya audiens berbicara sendiri, gaduh, jenuh, hingga tidur. Selain itu slide juga dipengaruhi oleh software yang digunakan.

Terdapat beberapa pilihan perangkat lunak (software) yang dapat digunakan dalam presentasi yaitu: microssoft power point, open office impress,  flash point, macromedia flash, macromedia captivate.

Teknik presentasi dipengaruhi :

a. Pembuatan slide presentasi

Berikut ini adalah teknik presentasi yang perlu diperhatikan saat pembuatan slide presentasi, yaitu:

Pilih tema desain yang relevan

Sebuah slide yang baik akan mampu menjelaskan ide dan gagasan yang ingin disampaikan oleh seorang presenter. Dengan demikian, audiens akan terbantu ketika melihat slide yang ditampilkan dan presenter lebih mudah dalam menjelaskan apa makna yang dikandung oleh slide tersebut. Tipe desain harus mengikuti prinsip relevansi artinya memiliki kesesuaian dengan topik yang dibicarakan misalnya presentasi ternak sapi dengan slide bergambar sapi.

Hindari sajian teks panjang

Pemakaian teks yang terlalu panjang dapat membuat slide tidak dapat terbaca oleh audiens. Apabila belum jelas, audien dapat membaca print out karya ilmiah tersebut, jika belum paham, audiens dapat bertanya pada sesi tanya jawab. Beberapa ahli presentasi menyarankan maksimum lima baris teks dalam sebuah slide. Dengan demikian jika Anda harus menampilkan teks dalam bentuk daftar, pastikan tidak lebih dari lima baris.

Alur yang teratur

Slide yang baik memiliki alur yang teratur, dari pendahuluan, penjelasan/isi, hingga penutup. Slide yang isinya melompat-lompat dari satu topik ke topik yang lain tanpa alur yang jelas akan menyulitkan audiens untuk memahaminya.

Berikan multimedia yang relevan

Untuk menambah daya tarik, slide dapat ditambahkan multimedia yang relevan, seperti gambar, animasi, audio, video. Kesesuaian multimedia dengan topik pembicaraan harus saling mendukung, bukan malah membingungkan audiens.

Satu slide, berisi satu pesan

Slide presentasi yang baik hanya terfokus pada satu pesan. Tiap slide sebaiknya mewakili sebuah ide yang ingin dijelaskan. Jangan mencampur beberapa ide berbeda ke dalam satu slide. Audiens akan bingung dan sulit mencernanya.

Perhatikan karakter huruf  dan ukuran huruf

Karakter huruf  dan ukuran huruf dalam slide harus proporsional dan sesuai dengan ilustrasi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.                  

b. Penyampaian presentasi

Berikut ini adalah teknik presentasi yang perlu diperhatikan saat akan menyampaikan presentasi, yaitu:

Persiapkan Diri

a. Sering latihan

Semakin banyak melakukan latihan, maka akan semakin mahir dalam presentasi. Suatu kebolehan atau skill bisa didapatkan jika sering berlatih.

b. Penampilan

Menjaga penampilan pada saat presentasi juga sangat penting. Penampilan seseorang dapat meningkatkan rasa percaya diri.

  • Persiapkan Materi dan Bahan
  • Tentukan point-point penting (bukan slide yang penuh tulisan)
  • Kuasai materi (menjabarkan secara lisan point tersebut)
  • Siapkan contoh pendukung
  • Susun materi dengan terstruktur


Cara Penyampaian

  • Santai, sopan, dan tidak terburu-buru
  • Intonasi dan bahasa tubuh
  • Interaksi
  • Bahasa yang mudah
  • Selipkan selingan atau humor

c. Struktur Presentasi

Pembuka

Pembuka sangat penting karena di sinilah kesempatan untuk menarik perhatian audiens tentang apa yang akan disampaikan, membangun kredibilitas Anda sebagai presenter bahwa Anda adalah orang tepat dan patut didengarkan, dan menyampaikan garis-garis besar presentasi.

Isi

Isi dari presentasi yang sudah dipersiapkan akan memudahkan dalam menyusun pembuka dan penutupnya. Dari topik yang ingin disampaikan cobalah untuk menguraikannya dalam beberapa poin utama. Kemudian dari poin-poin itu kembangkan lagi menjadi sub-poin. Jangan lupa untuk memperhitungkan lama atau waktu yang ingin digunakan untuk presentasi, kira-kira berapa menit yang dibutuhkan untuk menyampaikan satu poin utama.

Penutup

Untuk menimbulkan kesan yang menarik, maka penutup harus menimbulkan kesan terakhir yang mendalam sehingga akan diingat oleh audiens.


D.  Syarat-Syarat Presentasi

Adapun syarat-syarat presentasi sebagai berikut :


  • Menguasai materi dan bahasa dengan baik
  • Mempunyai keberanian
  • Memiliki ketenangan sikap
  • Sanggup menampilkan gagasan secara lancar dan teratur
  • Sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat terhadap situasi apapun yang mungkin timbul saat presentasi
  • Memperlihatkan sikap yang tidak kaku atau canggung

E.  Ciri-Ciri Presentasi yang Baik dan Benar

Penyampain dengan semangat dan siap mental

Kadar semangat harus disesuaikan, tidak terlalu monoton ataupun terlalu semangat, karena mempengaruhi kesan terhadap audiens. Sikap mental juga harus di perkuat agar tidak merusak konsentrasi.

Kejelasan berbicara di depan audiens Alat pembicara harus disesuaikan dengan kondisi ruangan agar suara tidak terdengar samar-samar, tidak jelas atau terlalu keras. Bantuan pengeras suara hendaknya di perhatikan terlebih dahulu sebelum presentasi di mulai.


Disajikan secara sistematis

Kesistematisan penyajian mempengaruhi konsentrasi sehingga membuat dampak pemahaman audiens.


Memberi argumen yang dapat diterima

Argumen hendaknya dapat diterima oleh audiens dan tidak bersifat ambigu. Argumen biasanya disampaikan pada sesi tanya jawab.


Slide dapat terbaca dan menarik

Slide yang terbaca ataupun slide menarik harus berjalan secara relevan. Selain itu, slide harus sesuai, bervariasi, ilustrasi tiap slide harus sesuai, profesional penggunaan multimedia, pemilihan ukuran dan jenis huruf, pemunculan peta konsep, penyesuaian komposisi warna.


Kontak mata dengan audiens

Agar penyampaian presentasi tidak berdampak buruk, maka kontak mata harus disesuaikan dengan seluruh audiens.


Melakukan gerak berbicara

Gerakan pada saat penyampaian harus sesuai, presentasi yang terlalu kaku dan juga terlalu hiperaktif akan mempengaruhi penampilan anda.


Penggunaan pakaian yang serasi

Saat akan melakukan presentasi menjaga tampilan kewibawaan harus diperhatikan agar tidak mempengaruhi presentasi pembicara atau audiens.


Memiliki sesi tanya jawab

Sesi tanya jawab dapat menjadi kritik ataupun saran dari audiens serta menjadi komunikasi aktif antara pembicara dengan audiens. Dengan itu presentasi anda akan lebih hidup.


Disampaikan secara tepat waktu

Pembicara harus memperhatikan kondisi audiens. Jika presentasi terlalu singkat biasanya menimbulkan kesan kurang baik, karena materi yang di presentasikan mungkin belum di mengerti oleh para audiens. Sebaliknya, presentasi yang molor malah membuat para audiens terganggu dan merasa bosan.


F.  Jenis Presentasi

Presentasi Dadakan (Impromptu)

Pembicaraan impromptu merupakan jenis presentasi yang dilakukan secara mendadak tanpa persiapan  apapun. Dalam hal ini pembicara ditunjuk langsung untuk menyampaikan informasi kepada para pendengar, tanpa melakukan persiapan segala sesuatunya, baik itu mengenai tema pembicaraan maupun alat bantu yang digunakan, sehingga perasaan pembicara akan mengejutkan. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan apabila menggunakan jenis presentasi dadakan atau impromptu.

a. Kelebihan :

  • Informasi yang disampaikan sesuai dengan perasaan pembicara yang sesungguhnya.
  • Kata atau suara yang keluar merupakan hasil spontanitas.
  • Membuat pembicara terus berpikir selama menyampaikan informasi.


b. Kelemahan :

  • Informasi yang disampaikan tersendat-sendat, karena membutuhkan waktu untuk berpikir dan mengolah kata.
  • Tidak berurutan/sistematis dalam penyampaiannya, karena secara mendadak untuk menyampaikan informasi.
  • Terjadi demam panggung, karena belum ada persiapan apapun mengenai apa yang harus disampaikan.


Presentasi Naskah (Manuscript)

Presentasi naskah merupakan jenis presentasi dimana dalam menyampaikan informasinya, seorang pembicara melakukannya dengan membaca naskah.

a. Kelebihan :

  1. Penyampaian dilakukan secara berurut/sistematis.
  2. Kata yang keluar diungkapkan secara baik dan benar.
  3. Tidak terjadi kesalahan dalam penyampaiannya.

b. Kelemahan :

  1. Pendengar akan merasa bosan dalam mendengarkannya.
  2. Bagi pendengar tidak termotivasi untuk mendengarkannya.
  3. Tidak menarik dalam menyampaikan informasinya.
  4. Terlalu sibuk akan membaca naskah sehingga tidak melakukan kontak  mata dengan pendengar seolah-olah acuh tak acuh terhadap pendengar.


Presentasi Hafalan (Memoriter)

Jenis presentasi yang dilakukan dengan cara menghapal dari teks yang telah disediakan. Berbeda dengan jenis manuscript, memoriter tidak menggunakan naskah dalam penyampaiannya, pembicara hanya melakukan persiapannya dengan menghafal dari teks dimana isinya mengenai informasi yang akan disampaikan. Kelebihan dan kelemahannya hampir sama dengan manuscript. Jenis ini sangat buruk untuk dilakukan, karena apabila melupakan kata-kata dari naskah maka presentasi yang dilakukan akan terjadi kegagalan.

Presentasi Ekstempore

Jenis presentasi ekstempore merupakan jenis presentasi yang paling baik untuk dilakukan dibanding jenis lainnya. Pembicara mempersiapkan materi dengan garis besarnya saja, kemudian pada saat presentasi akan dijabarkan secara mendetail.


a. Kelebihan :

  1. Pembicara dapat menyampaikan informasi secara jelas, karena ada persiapan sebelumnya.
  2. Dapat menyampaikan secara sistematis/berurutan.
  3. Kemungkinan besar pembicara dalam menyampaikannya menarik perhatian pendengar, karena tidak berpedoman kepada naskah ataupun hafalan, tetapi tidak melenceng dari garis besar materi.
  4. Lebih leluasa dalam penyampaiannya.
  5. Pembicara dapat melakukan kontak mata dengan pendengar, sehingga akan terlihat apakah pesan yang disampaikan menarik atau tidak.

b. Kelemahan :

  1. Perlu memiliki wawasan yang cukup mengenai tema yang akan dibicarakan.
  2. Membutuhkan waktu yang lama.

Selain keempat jenis presentasi di atas. Adapula beberapa jenis-jenis presentasi sebagai berikut :

  1. Oral        : Presentasi yang dilakukan dengan cara berbicara langsung kepada audience
  2. Visual    : Presentasi yang menggunakan tampilan, contoh Ms.Power Point
  3. Teksual  : Presentasi yang menggunakan teks atau selebaran.

Sebelum kita membahas bagaimana cara membuka presentasi dengan baik, kita perlu mengetahui apa sebenarnya fungsi pembukaan dalam presentasi.

1. Agar audiens memahami tujuan presentasi Anda.

Audiens datang mendengarkan presentasi untuk suatu tujuan. Oleh karena itu, pembukaan berfungsi untuk menjelaskan dengan cepat apa tujuan presentasi Anda. Jika audiens sudah tahu tujuan presentasi Anda, mereka akan lebih tertarik untuk mengikutinya sampai selesai.

2. Mendapat Gambaran Umum atas Apa yang Disampaikan

Pembukaan presentasi mirip dengan opening sebuah film. Ketika Anda menonton film, 5 menit pertama sangat krusial karena akan menentukan apakah Anda akan menonton film tersebut sampai selesai atau segera meninggalkannya. Seperti sebuah film, pembukaan presentasi berfungsi untuk memberikan gambaran umum kepada audiens apa yang akan mereka dengarkan dalam beberapa waktu ke depan.

3. Menciptakan Motivasi dan Rasa Ingin Tahu Audiens

Audiens menghadiri sebuah presentasi dengan motivasi awal yang berbeda-beda. Ada yang memang ingin mendapatkan informasi baru dari Anda. Namun ada pula yang sekedar datang karena diminta oleh atasannya. Oleh karena itu, inilah kesempatan Anda untuk menciptakan motivasi yang sama bagi audiens agar mereka merasa perlu mendengarkan presentasi Anda sampai selesai. Pembukaan yang baik juga akan menciptakan rasa ingin tahu audiens sehingga mereka akan terus mendengarkan Anda.


Setelah Anda mengetahui betapa penting fungsi pembukaan presentasi, sekarang saatnya kita belajar bagaimana membuka presentasi dengan baik dan menarik. Saya akan mengajak Anda untuk menguasai lima cara membuka presentasi dengan menarik.

1. Membuka Presentasi Dengan Menyampaikan Maksud dan Tujuan

Cara paling mudah dan dapat Anda terapkan untuk berbagai situasi adalah membuka presentasi dengan menyampaikan maksud dan tujuan. Dengan cara ini, audiens akan mengerti apa yang akan mereka dapatkan dari presentasi Anda. Anda juga bisa menetapkan harapan (ekspektasi) audiens tentang berapa lama presentasi akan berlangsung dan apa saja yang akan dibahas.

Misalkan Anda ingin menawarkan jasa sebuah software sistem administrasi kepegawaian di hadapan beberapa manajer yang menjadi calon pembeli produk Anda. Anda bisa membuka presentasi dengan menyampaikan maksud dan tujuan seperti ini:

“Bapak dan Ibu yang saya hormati, selamat pagi. Saya sangat senang hari ini mendapatkan kesempatan untuk hadir di hadapan Bapak/Ibu sekalian.

Dalam waktu tiga puluh menit ke depan, saya akan menjelaskan kepada Bapak dan Ibu sebuah sistem administrasi kepegawaian yang akan membantu Bapak/Ibu mengelola data karyawan secara cepat, mudah dan informatif.

Di akhir presentasi nanti, Bapak dan Ibu akan bisa memahami keunggulan dan manfaat yang akan didapatkan dari sistem ini, serta apa yang membedakannya dengan produk sejenis di pasaran. Dengan demikian, Bapak Ibu dapat memutuskan investasi terbaik bagi perusahaan yang Bapak Ibu pimpin.”

Sampaikan apa yang akan Anda bahas, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan apa manfaat yang bisa diambil audiens setelah presentasi selesai.


2. Membuka Presentasi Dengan Sebuah Pertanyaan

Apa yang akan Anda lakukan ketika seseorang mengajukan sebuah pertanyaan?

Secara otomatis Anda akan berusaha menjawabnya. Demikian pula ketika Anda mengajukan pertanyaan ketika membuka sebuah presentasi. Audiens akan berusaha berpikir dan mencari jawabannya meskipun mereka tidak menjawab langsung pertanyaan Anda.

Menggunakan pertanyaan akan mengajak audiens fokus pada tema yang sedang dibahas dan membuat mereka memusatkan perhatian untuk menemukan jawabannya.

Contoh, Seperti ini pembukaannya:

“Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda. Berapa banyak buku yang Anda baca dalam setahun terakhir?”

3. Membuka Presentasi Dengan Cerita

Banyak presenter kelas dunia membuka presentasi dengan cerita atau kisah.

Mengapa cerita?

Cerita mudah diingat. Kita semua senang mendengarkan cerita. Masih ingat cerita masa kecil yang dikisahkan oleh kakek, nenek, ayah atau ibu Anda dulu? Saya yakin Anda masih mengingatnya sampai sekarang.

Membuka presentasi dengan sebuah cerita atau kisah akan mengajak audiens membayangkan kisah tersebut. Secara mental mereka mulai terhubung dengan Anda sebagai presenter dan siap untuk mendengarkan presentasi Anda dengan lengkap.

Misalkan Anda ingin menyampaikan presentasi tentang bahaya menyetir sambil menggunakan ponsel.

“Saya memiliki seorang tetangga yang sangat baik dan ramah. Dia disukai oleh semua warga di kompleks kami. Dia juga dikenal sebagai orang yang suka membantu orang lain. Tidak hanya itu, dia juga selalu taat pada aturan.

Suatu hari, tetangga saya ini terburu-buru berangkat ke kantor di pagi hari. Ada rapat penting yang harus dia hadiri sementara dia terlambat bangun karena semalaman kurang tidur mempersiapkan rapat penting tersebut. Di tengah-tengah ketergesaan tersebut, tetangga yang baik ini menghidupkan mesin mobil sambil mengirim pesan SMS ke atasannya bahwa dia mungkin datang sedikit terlambat.

Karena terburu-buru dan tidak konsentrasi, dia menginjak pedal gas tanpa menyadari seorang anak kecil bersepeda tepat di depan mobilnya. Ketika dia menyadari hal tersebut, semuanya sudah terlambat. Dia menabrak anak kecil tersebut. Nyawa sang anak tak tertolong. Dan anak tersebut adalah anak kandungnya sendiri.

Betapa perih hati tetangga saya tersebut. Dia begitu menyesal karena kecerobohannya telah membawa petaka buat buah hatinya sendiri.

Hari ini, saya ingin mengetuk hati Anda semua bagaimana kita berkendara dengan baik dan penuh konsentrasi agar tidak mengulang kejadian tragis yang dialami tetangga saya tersebut.”

Sebuah cerita yang relevan mampu menggugah emosi audiens. Mengajak mereka merenung dan menghayati cerita sebelum mendengarkan presentasi Anda.

Coba pikirkan sebuah cerita yang relevan dengan presentasi Anda. Tidak harus cerita yang benar-benar terjadi. Anda juga bisa menggunakan cerita rekaan sebagai ilustrasi. Selama cerita tersebut disampaikan dengan penuh penghayatan, secara emosional audiens akan ikut dalam cerita Anda.

Memang butuh persiapan lebih dan keterampilan menyampaikan cerita dengan baik agar pembukaan Anda berkesan. Namun jika Anda bisa melakukannya, Anda tidak hanya menggugah aspek logika audiens, melainkan pula aspek emosional mereka.


4. Membuka Presentasi Dengan Data atau Fakta

Jika presentasi Anda memiliki data dan fakta yang menarik, Anda bisa menggunakan informasi tersebut untuk membuka presentasi. Data bisa mengajak orang untuk berpikir. Tidak hanya itu, data dan fakta mampu menciptakan efek dramatis tanpa harus didramatisir.

Misalkan Anda menyampaikan sebuah presentasi bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang aman, maka Anda bisa membuka presentasi menggunakan data sebagai berikut:

“Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari 6 pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat kondisi yang tidak aman dan perilaku yang tidak aman. Data penelitian menunjukkan bahwa 85 persen kecelakaan terjadi karena perilaku yang tidak aman.

Oleh karena itu, hari ini saya akan menjelaskan kepada Anda bagaimana kita menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Dengan demikian, kita dapat mencegah kecelakaan-kecelakaan kerja yang sering terjadi akibat perilaku tidak aman yang masih kita lakukan tanpa kita sadari.”

Menggunakan data yang relevan akan membuat audiens tersentak. Apalagi jika data tersebut belum pernah mereka dengar sebelumnya dan mengungkap fakta yang dramatis.


5. Membuka Presentasi Dengan Kutipan atau Pernyataan

Anda juga bisa membuka presentasi dengan mengutip perkataan tokoh terkenal.

Pembukaan seperti ini akan menarik jika kutipan yang dipilih relevan dengan topik presentasi Anda. Namun, jangan memaksakan menggunakan kutipan jika tidak relevan dengan materi presentasi Anda.

Dalam contoh berikut ini, Anda akan menyampaikan sebuah presentasi tentang pentingnya menciptakan budaya belajar dalam sebuah organisasi. Untuk membuka presentasi, Anda ingin mengutip sebuah perkataan dari Alvin Toffler. Maka Anda bisa menyampaikan pembukaan sebagai berikut :

“Alvin Toffler mengatakan, buta huruf di abad 21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca atau menulis, melainkan mereka yang tidak belajar (learn) hal-hal baru yang penting untuk dikuasai, membuang apa-apa yang sudah tidak relevan dengan perubahan zaman (unlearn), dan belajar kembali hal-hal yang pernah dikuasai sebelumnya namun sekarang telah berubah (relearn).

Apa yang disampaikan Alvin Toffler di atas sangat relevan dengan topik kita hari ini untuk membangun budaya belajar dalam sebuah organisasi. Dengan demikian, kita akan mampu menciptakan sebuah organisasi pembelajar di mana anggotanya secara aktif terus belajar dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman.”

Selain mengutip perkataan tokoh lain, Anda juga dapat menggunakan pernyataan pribadi untuk membuka sebuah presentasi. Jika Anda memiliki pandangan yang kuat terhadap suatu hal, mengapa tidak menggunakannya untuk pembukaan?

Sekarang Anda telah memahami betapa penting pembukaan yang baik dan menarik dalam sebuah presentasi. Persiapkanlah pembukaan Anda. Latih terus menerus sehingga Anda lancar menyampaikannya.

Dengan demikian, sejak menit pertama tampil, Anda akan tampil memukau dan meyakinkan. Audiens pun tertarik untuk mengikuti presentasi Anda sampai selesai karena sejak awal mereka sudah terpesona dengan pembukaan presentasi Anda.

Buat Anda yang ingin meningkatkan keterampilan membawakan presentasi secara memukau, ikuti training presentasi terbaik yang telah diikuti ratusan profesional dari berbagai perusahaan dan profesi yang kami selenggarakan secara reguler untuk publik. Jika perusahaan Anda membutuhkan training presentasi yang berkelas, kami juga siap memberikan training presentasi in house buat perusahaan yang dirancang khusus dengan kasus-kasus yang ada di perusahaan atau organisasi Anda.


Sunday, July 28, 2024

Persamaan dan Perbedaan Rumusan Dasar Negara dari 3 Tokoh Pendiri Bangsa

Dasar negara Indonesia yakni Pancasila awalnya dirumuskan oleh ketiga tokoh pendiri negara. 

Para tokoh pendiri negara ini memberikan usulan dasar negara pada sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Saat itu, ketua BPUPKI, yakni K.R.T. Radjiman Wedyoningrat menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan dasar negara. Selanjutnya, para tokoh nasional mengusulkan dasar negara Indonesia pada sidang BPUPKI yang pertama. 

Perumusan dasar negara Indonesia itu diusulkan oleh tiga tokoh pendiri negara, yakni Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno.  Sebelum masuk ke persamaan dan perbedaan rumusan negara, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu isi rumusan ketiga tokoh itu. 

1. Mohammad Yamin

Mohammad Yamin menyampaikan isi rumusan pancasila di sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Berikut isi rumusan dasar negara yang disampaikan:

  1. Peri Kebangsaan.
  2. Peri Kemanusiaan.
  3. Peri Ketuhanan.
  4. Peri Kerakyatan.
  5. Kesejahteraan Sosial.


2. Soepomo

Selanjutnya di sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan rumusan pancasila. Berikut adalah isi rumusan pancasila yang diusulkan:

  1. Persatuan.
  2. Kekeluargaan.
  3. Keseimbangan lahir dan batin.
  4. Musyawarah.
  5. Keadilan rakyat.


3. Ir. Soekarno

Di hari terakhir sidang pertama BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno juga menyampaikan rumusan pancasila. 

Berikut adalah isi rumusan dasar negara dari Soekarno:

  1. Kebangsaan Indonesia.
  2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
  3. Mufakat atau demokrasi.
  4. Kesejahteraan sosial.
  5. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Lantas, di mana persamaan dan perbedaan rumusan dasar negara dari ketiga tokoh pendiri negara itu? Simak, yuk!

Persamaan Rumusan Dasar Negara dari Tiga Tokoh

Berikut ini Bobo ingin menjelaskan persamaan rumusan dasar negara dari tiga tokoh pendiri negara. Simak, yuk!

1. Tujuan Dasar Negara

Persamaan pertama dari rumusan dasar negara dari tiga tokoh pendiri negara bisa ditinjau dari segi tujuan dasar negara. 

Ketiga tokoh negara merumuskan dasar negara dengan tujuan yang sama, yakni sebagai dasar hukum dalam sistem kenegaraan dan pemerintah Indonesia.


2. Jumlah Butir Dasar Negara

Jumlah butir atau dasar negara yang diusulkan oleh para pendiri negara masing-masing berjumlah lima butir. 

Lima butir itu kemudian diusulkan sebagai pijakan utama dasar negara Indonesia, yakni "Pancasila".


3. Kata "Ketuhanan"

Jika diperhatikan, ketiga rumusan dasar negara ini memiliki kesamaan, yakni ditemukannya kata "Ketuhanan".

Ini artinya ketiga tokoh pendiri negara ingin bangsa Indonesia memiliki kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.


4. Kata "Berkebangsaan Internasional"

Rumusan dasar negara juga ditemukan kata "berkebangsaan internasional" di setiap usulan para pendiri bangsa. 

Jika disimpulkan, maka persamaan rumusan dasar negara dari ketiga tokoh adalah tujuan dasar negara, jumlah butir, dan kata 'Ketuhanan' serta 'Berkebangsaan Internasional'.


Perbedaan Rumusan Dasar Negara dari Ketiga Tokoh

Selain persamaan, ada pula perbedaan rumusan dasar negara dari ketiga tokoh pendiri negara. Simak, yuk!

1. Cara Memaknai Dasar Negara

Ketiga tokoh pendiri negara ini memiliki perbedaan dalam cara memaknai dasar negara. 

  1. Moh. Yamin memaknai dasar negara sebagai panduan aturan atas perilaku manusia yang baik
  2. Soepomo memaknai dasar negara sebagai syarat dari negara Indonesia merdeka
  3. Sementara itu, Soekarno memaknai dasar negara sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia dan menjadi falsafah hidup bangsa. 


2. Urutan Setiap Butir Dasar Negara

Memang benar, rumusan dasar negara secara umum memiliki jumlah butir dasar negara yang sama, yakni lima. 

Meski begitu, urutan usulan butir dasar negara oleh ketiga tokoh pendiri negara ini berbeda-beda. 


3. Rumusan Kalimat dan Bentuk Diksi

Perbedaan rumusan dasar negara dari ketiga tokoh pendiri negara selanjutnya adalah rumusan kalimat dan bentuk diksi. 

Setiap rumusan negara memiliki rumusan kalimat dan bentuk diksi yang berbeda, membedakannya satu sama lain. 

Persamaan dan Perbedaan Rumusan Para Pendiri Bangsa

Indonesia adalah negara yang memiliki dasar negara yang unik dan kuat, yaitu Pancasila.

Pancasila merupakan hasil dari perjuangan dan pemikiran para pendiri bangsa yang ingin mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, adil, makmur, dan berdaulat. Namun, apakah Anda tahu apakah yang menjadi persamaan pemikiran para pendiri bangsa mengenai dasar negara Indonesia?

Artikel ini akan membahas tentang hal tersebut dengan mengulas rumusan dasar negara yang diajukan oleh Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno pada sidang BPUPKI tahun 1945.

Anda akan mengetahui apa saja persamaan dari ketiga rumusan tersebut dan bagaimana mereka berkontribusi dalam terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Pandangan Para Pendiri Bangsa tentang Negara Merdeka

Pada tahun 1945, Indonesia berada di ambang kemerdekaan. Untuk itu, Jepang yang saat itu masih menjajah Indonesia, membentuk sebuah badan yang bernama BPUPKI.

BPUPKI mengadakan dua kali sidang, yaitu pada bulan Mei dan Juli 1945. Sidang pertama membahas tentang dasar negara Indonesia merdeka.

Dari 39 tokoh tersebut, ada tiga tokoh yang paling menonjol, yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Ketiganya memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang negara merdeka.

Mohammad Yamin mengusulkan lima asas sebagai dasar negara, yaitu:

  1. Peri Kebangsaan: mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya.
  2. Peri Kemanusiaan: menghormati hak-hak asasi manusia dan menjalin hubungan baik dengan bangsa lain.
  3. Peri Ketuhanan: mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber segala hukum dan keadilan.
  4. Peri Kerakyatan: menegakkan kedaulatan rakyat dan sistem demokrasi.
  5. Kesejahteraan Rakyat: menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sementara Soepomo mengusulkan lima prinsip sebagai dasar negara, yaitu:

  1. Persatuan: menjaga kesatuan dan keutuhan wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa.
  2. Kekeluargaan: menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong, solidaritas, dan toleransi antara sesama anggota masyarakat.
  3. Keseimbangan lahir batin: menyelaraskan antara kepentingan materiil dan spirituil dalam kehidupan berbangsa.
  4. Musyawarah: menyelesaikan segala permasalahan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
  5. Keadilan rakyat: memberikan perlindungan hukum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa diskriminasi.


Terakhir, Soekarno mengusulkan lima sila sebagai dasar negara, yaitu:

  1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia: mencintai tanah air dan bangsa Indonesia sebagai identitas nasional.
  2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan: berpartisipasi dalam perdamaian dunia dan kerjasama antarbangsa berdasarkan prinsip saling menghormati.
  3. Mufakat atau Demokrasi: menghargai hak-hak politik rakyat dan mengadakan pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
  4. Kesejahteraan sosial: menjamin ketersediaan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.
  5. Ketuhanan yang berkebudayaan: memelihara hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Dari ketiga rumusan dasar negara tersebut, akhirnya dipilihlah rumusan Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Rumusan ini kemudian dikenal sebagai Pancasila.

Apakah yang menjadi persamaan pemikiran para pendiri bangsa mengenai dasar negara Indonesia?

Para pendiri bangsa Indonesia memiliki berbagai pandangan dan usulan mengenai dasar negara yang akan menjadi landasan bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa.

Namun, di balik perbedaan tersebut, terdapat beberapa persamaan pemikiran yang dapat kita temukan.

Persamaan pertama adalah mengenai isi materi dari rumusan dasar negara.

Para pendiri bangsa sepakat bahwa dasar negara harus mencerminkan nilai-nilai yang dijiwai oleh semangat perjuangan kemerdekaan, seperti persatuan, keadilan, kesejahteraan, dan kebebasan.

Persamaan kedua adalah mengenai pengertian negara merdeka.

Para pendiri bangsa sama-sama ingin membangun negara Indonesia yang bebas dari segala bentuk penjajahan dan intervensi asing.

Negara merdeka juga berarti negara yang mampu mensejahterakan dan melindungi rakyatnya, serta memberikan hak-hak dasar seperti kebebasan beragama, mendapatkan pekerjaan, dan keadilan.

Persamaan ketiga adalah mengenai tujuan dasar negara.

Para pendiri bangsa menyadari bahwa dasar negara bukan sekadar simbol atau slogan, tetapi juga sebagai dasar hukum bagi sistem pemerintahan dan negara Indonesia.

Dasar negara harus dapat mengatur hubungan antara pemerintah dan rakyat, serta antara sesama rakyat.

Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa persamaan pemikiran para pendiri bangsa mengenai dasar negara Indonesia.

Persamaan tersebut meliputi isi materi, pengertian negara merdeka, dan tujuan dasar negara.

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa para pendiri bangsa memiliki visi dan misi yang sama untuk membangun negara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai luhur seperti persatuan, kemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan, dan ketuhanan.

Dengan mengetahui apakah yang menjadi persamaan pemikiran para pendiri bangsa mengenai dasar negara Indonesia, kita dapat lebih menghargai dan menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar negara kita.

Wednesday, July 17, 2024

PANCASILA DAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DARI PERSPEKTIF LAIN

Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa Pancasila merupakan sebuah gagasan yang berbeda dari gagasan lainnya karena merupakan pemikiran yang dikemukakan oleh bangsa Indonesia yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Contohnya nilai-nilai luhur hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia yang tidak dijumpai pada bangsa lain, ideologi negara yang berbeda dari negara lain dan nilai-nilai Pancasila yang mempersatukan rakyat Indonesia dengan berbagai latar belakang suku, agama, ras, dan budaya. Pancasila sebagai identitas nasional memiliki maksud yaitu Pancasila merupakan ciri khas nasional dari bangsa Indonesia yang menjadikan jati diri bagi bangsa Indonesia.

Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan seperangkat karakter dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik Indonesia. Profil ini dikembangkan berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan menjadi acuan dalam mewujudkan generasi penerus bangsa yang beriman, berakhlak mulia, dan berpengetahuan luas. Profil Pelajar Pancasila ini menjadi panduan dalam pendidikan untuk membentuk generasi muda yang kuat dengan nilai-nilai luhur budaya, yang menjadi akar pendidikan dalam memahami dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan.

Pendidikan berbasis Profil Pelajar Pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan karakter Pancasila pada peserta didik. Melalui pembelajaran ini, diharapkan peserta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik tidak hanya mempelajari nilai-nilai Pancasila sebagai konsep teoritis, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk membentuk generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme, semangat kebangsaan, serta memiliki sikap inklusif dan toleran terhadap perbedaan. Pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna dan relevansi Pancasila dalam konteks kehidupan sosial, politik, dan budaya Indonesia.

Keterkaitaan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan Perjalanan Pendidikan Nasional (Topik 1)

Pancasila memiliki hubungan yang erat dengan perjalanan pendidikan Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Berikut beberapa poin penting yang menunjukkan hubungan tersebut:


Sebelum Merdeka:

Sumpah Pemuda: Pancasila dirumuskan pertama kali dalam Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Sumpah Pemuda merupakan pernyataan persatuan pemuda Indonesia yang menjunjung tinggi satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Perumusan Pancasila: Pancasila dirumuskan secara resmi oleh BPUPK pada tahun 1945. Pancasila menjadi dasar negara Indonesia dan ideologi bangsa.

Pendidikan Kebangsaan: Pendidikan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme. Nilai-nilai Pancasila mulai ditanamkan dalam pendidikan pada masa ini.

Setelah Merdeka:

UUD 1945: Pancasila menjadi dasar negara dan tercantum dalam UUD 1945. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila menjadi landasan bagi seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional: Tujuan pendidikan nasional Indonesia berdasarkan Pancasila, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Kurikulum Pendidikan: Pancasila menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Nilai-nilai Pancasila juga diintegrasikan dalam mata pelajaran lainnya.

Perubahan Penekanan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan:

Orde Lama: Penekanan pada nilai-nilai kerakyatan dan gotong royong.

Orde Baru: Penekanan pada nilai-nilai persatuan dan kesatuan.

Era Reformasi: Penekanan pada nilai-nilai demokrasi dan HAM.

Tantangan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan:

Globalisasi: Masuknya budaya asing yang dapat menggeser nilai-nilai Pancasila.

Radikalisme: Adanya kelompok-kelompok yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain.

Kompetensi Guru: Guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang Pancasila dan mampu mengintegrasikannya dalam pembelajaran.

Pancasila memiliki hubungan yang erat dengan perjalanan pendidikan Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan bagi pendidikan nasional dan perlu ditanamkan kepada generasi muda sejak dini. Namun, terdapat beberapa tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan yang perlu di addressed.

Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21 memiliki hubungan erat dengan perjalanan pendidikan Indonesia dari masa kolonial dan setelah merdeka. Berikut beberapa poin penting yang menunjukkan hubungan tersebut:


Masa Kolonial:

Pendidikan Berpusat pada Guru: Pada masa kolonial, pendidikan berpusat pada guru (teacher-centered) dengan penekanan pada hafalan dan kepatuhan.

Diskriminasi Pendidikan: Pendidikan hanya diperuntukkan bagi kaum elit dan tidak accessible bagi rakyat biasa.

Munculnya Tokoh Pendidikan: Munculnya tokoh-tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara yang memperjuangkan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.

Setelah Merdeka:

Upaya Pemerataan Pendidikan: Pemerintah Indonesia berusaha untuk memeratakan pendidikan bagi seluruh rakyat.

Perubahan Paradigma Pendidikan: Terjadi perubahan paradigma pendidikan dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik.

Kurikulum Merdeka: Kurikulum Merdeka yang diluncurkan pada tahun 2022 memberikan ruang yang lebih luas bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Hubungan dengan Pembelajaran Abad ke-21:

Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik: Pembelajaran Abad ke-21 menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered) dengan fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreatif, dan problem solving.

Keterampilan Abad ke-21: Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang dibutuhkan untuk menghadapi masa depan.

Kurikulum Merdeka: Kurikulum Merdeka sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.

Tantangan Penerapan Pembelajaran yang Berpihak pada Peserta Didik:

Ketersediaan Infrastruktur: Keterbatasan infrastruktur seperti ruang kelas, buku pelajaran, dan teknologi masih menjadi kendala di beberapa daerah.

Keterampilan Guru: Guru perlu memiliki keterampilan yang memadai untuk menerapkan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.

Perubahan Budaya: Diperlukan perubahan budaya di sekolah agar pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dapat terlaksana dengan baik.

Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21 memiliki hubungan erat dengan perjalanan pendidikan Indonesia. Meskipun terdapat beberapa tantangan, penting untuk terus berusaha menerapkan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik agar generasi muda Indonesia dapat menjadi generasi yang berkualitas dan siap menghadapi masa depan.


Keterkaitan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan Dasar – Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Topik 2)

Pancasila dan pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi. Berikut beberapa poin penting yang menunjukkan hubungan tersebut:


Dasar Filosofis yang Sama

Baik Pancasila maupun pemikiran Ki Hajar Dewantara berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, seperti:

  • Kebangsaan: Rasa cinta tanah air dan semangat persatuan bangsa.
  • Kemanusiaan: Mengakui dan menghargai martabat manusia serta menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban.
  • Kerakyatan: Menjunjung tinggi demokrasi dan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan.
  • Keadilan sosial: Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.
  • Ketuhanan: Mengakui dan menghormati keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tujuan Pendidikan yang Sejalan

Baik Pancasila maupun pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki tujuan pendidikan yang sama, yaitu untuk membentuk manusia Indonesia yang:

  1. Berbudi pekerti luhur.
  2. Berpengetahuan luas.
  3. Memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
  4. Memiliki kecerdasan intelektual dan emosional.
  5. Menjadi insan yang merdeka dan bertanggung jawab.

3. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan


Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, seperti “Tut Wuri Handayani” dan “Ing Ngarsa Sung Tulodho”, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Tut Wuri Handayani: Guru sebagai pembimbing dan pendorong yang selalu berada di belakang untuk memberikan dorongan dan semangat kepada murid. Hal ini mencerminkan nilai Pancasila tentang kerakyatan dan demokrasi.

Ing Ngarsa Sung Tulodho: Guru sebagai contoh dan teladan bagi murid. Hal ini mencerminkan nilai Pancasila tentang Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan.


Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Profil Pelajar Pancasila meliputi:

  • Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
  • Berkebinekaan global.
  • Gotong royong.
  • Mandiri
  • Bernalar kritis.
  • Kreatif

Pancasila dan pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dapat menjadi pedoman dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada peserta didik.

Pendidikan Abad ke-21 menuntut perubahan paradigma pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) menjadi berpusat pada peserta didik (student-centered). Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang menekankan pada kemerdekaan belajar dan kodrat alam.

Berikut beberapa ciri pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara:


Landasan yang sama

Baik pembelajaran yang berpihak pada peserta didik maupun pemikiran Ki Hajar Dewantara berlandaskan pada filosofi yang sama, yaitu:

Memanusiakan manusia: Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang utuh dengan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kemerdekaan belajar: Peserta didik memiliki hak untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.

Kodrat alam: Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam anak, yaitu merdeka dan berkembang sesuai dengan potensinya

2. Mengakui Keberagaman Peserta Didik

Setiap peserta didik memiliki keunikan, bakat, dan minat yang berbeda-beda. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik harus mengakui keragaman ini dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik untuk berkembang sesuai dengan potensinya.


3. Membangun Kemandirian dan Motivasi Belajar

Peserta didik didorong untuk menjadi pembelajar aktif yang memiliki rasa ingin tahu dan tanggung jawab atas proses belajarnya. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yang membantu peserta didik dalam mencapai tujuan belajarnya.


4. Mengembangkan Keterampilan Abad ke-21

Peserta didik perlu dibekali dengan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreatif, problem solving, komunikasi, kolaborasi, dan literasi digital. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan tersebut.


Menciptakan Lingkungan Belajar yang Aman dan Nyaman

Peserta didik perlu merasa aman, nyaman, dan dihargai di lingkungan belajarnya. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi belajar mereka. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Relevan dengan Pendidikan Abad ke-21:

Tut Wuri Handayani: Guru sebagai pembimbing dan pendorong yang selalu berada di belakang untuk memberikan dorongan dan semangat kepada murid.

Ing Ngarsa Sung Tulodho: Guru sebagai contoh dan teladan bagi murid.

Kodrat Alam: Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam anak, yaitu merdeka dan berkembang sesuai dengan potensinya.

Among: Guru harus mengasuh, mengasah, dan mengasuh peserta didik dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Dengan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan generasi muda yang berkualitas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan abad ke-21.

Keterkaitan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan Identitas Manusia Indonesia (Topik 3)

Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia bermakna pancasila merupakan gagasan yang berasal dari pemikiran yang dikemukakan oleh bangsa Indonesia dan menjadi jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai identitas memiliki maksud yaitu Pancasila merupakan ciri khas dan menjadikan jati diri bagi bangsa Indonesia. Dalam hal ini pancasila bukan hanya sebagai entitas dan identitas bangsa indonesia, namun juga menjadi identitas setiap manusia indonesia. Tujuan perumusan Pancasila adalah untuk menemukan perekat dan penyatuan hidup berbangsa bagi segala suku dan bangsa di nusantara ini. Manusia indonesia dikenal dengan keberagamannya karena memiliki perbedaan dari banyak hal namun perbedaan tersebut dapat disatukan oleh pancasila yang merupakan ideologi hasil perjuangan dan pemikiran bangsa indonesia sehingga manusia indonesia dapat dikenal juga sebagai manusia pancasila.

Dalam pendidikan abad ke 21 ini, manusia indonesia ditekankan untuk mampu memaknai nilai-nilai luhur bangsa yang dapat dikembangkan pada tahap anak sekolah dasar atau biasa disebut sebagai profil pelajar pancasila. Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu:

  • Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
  • Mandiri,
  • Bergotong-royong,
  • Berkebinekaan global,
  • Bernalar kritis, dan
  • Kreatif.

Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat  secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.