***
Fungsi Tata Busana
Tata busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan tokoh. Tata busana termasuk segala asesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung, gelang , dan segala unsur yang melekat pada pakaian.
Fungsi tata busana dalam kehidupan sehari-hari untuk melindungi tubuh, mencitrakan kesopanan, dan memenuhi hasrat manusia akan keindahan. Namun tata busana dalam program TV atau Film memiliki fungsi yang lebih kompleks yaitu untuk mencitrakan keindahan penampilan, membedakan satu pemain dengan pemain yang lain, menggambarkan karakter tokoh peran, memberikan efek gerak pemain, dan memberikan efek dramatik.
a) Mencitrakan Keindahan Penampilan
Tata busana dalam film berfungsi sebagai bentuk ekspresi untuk tampil lebih indah dari penampilan sehari-hari.
b) Membedakan Satu Pemain Dengan Pemain Yang Lain
c) Menggambarkan Karakter Tokoh Peran
Fungsi penting busana dalam film adalah untuk menggambarkan karakter tokoh peran. Perbedaan karakter dalam busana dapat ditampilkan melalui model, bentuk, warna, motif, dan garis yang diciptakan. Melalui busana, penonton terbantu dalam menangkap karakter yang berbeda dari setiap tokoh. Contohnya, tokoh seorang pelajar yang pendiam, rajin, dan alim, busananya cenderung rapi, sederhana, dan tanpa asesoris yang berlebihan. Sebaliknya, tokoh seorang pelajar yang bandel, brutal, dan sering membuat onar, busananya dilengkapi asesoris dan cara pemakaiannya seenaknya tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sekolah.
d) Memberi Ruang Gerak Pemain
Tata busana memiliki fungsi memberikan ruang gerak kepada pemain untuk mengekspresikan karakternya. Busana diciptakan untuk memberikan ruang gerak pemain sehingga segala bentuk gerak dapat diekspresikan secara maksimal. Pemain memiliki bentuk dan karakteristik gerak yang berbeda dan membutuhkan bentuk dan gaya busana yang berbeda pula. Busana bukan sebagai penghalang bagi aktivitas pemain, sebaliknya memberi keluasan gerak pemain
e) Memberikan Efek Dramatik
Busana juga berfungsi memberikan efek dramatik. Busana mendukung dramatika sebuah adegan dalam lakon. Gerak pemain akan lebih ekspresif dan dramatik dengan adanya busana. Efek dramatik busana juga bisa muncul dari perkembangan tokoh. Selain itu, saat busana dipakai untuk bermain bisa melahirkan bentuk dan efek gerak tertertu yang mampu memukau.
Tim Penata Busana dalam Produksi Film
Dalam produksi film, penata busana mempunyai wewenang besar untuk memberi sentuhan kreatif pada kostum yang dipakai aktor maupun aktris. Dengan pemilihan busana yang tepat tentu akan dapat memperkuat karakter tokoh dalam film. Untuk itulah ia wajib melakukan riset perihal busana, dari hasil riset itulah yang akan dijadikan acuan dalam mengetahui karakter pemain, waktu dan setting dalam film.
Busana dapat menjadi salah satu elemen yang menjadi jiwa dalam film, oleh karena itu penata busana juga harus mampu memahami isi cerita dan menerjemahkan naskah film dengan “bahasa” -nya. Sulitnya menentukan kostum yang tepat dan sesuai untuk para pemeran dalam film maka di bagian Costume Department biasanya diisi oleh beberapa personel yang bertanggungjawab, yakni :
1. Costume Designer
Agar dapat memahami dengan cepat dalam menginterpretasikan karakter dari tokoh yang ada dalam film, Costume designer biasanya akan bekerja secara langsung dengan sutradara sekaligus dapat saling berkonsultasi dengan Production designer
2. Costume Supervisor
3. Key Customer
Key Customer memiliki tanggung jawab untuk membantu costume supervisor dalam mengatur produksi busana dan memenuhi keperluan pakaian/kostum dari pemeran utama.
4. Costume Standby
Costume Standby bertanggung jawab untuk mengawasi kontinuitas keperluan busana yang digunakan oleh aktor dan aktris dalam setiap adegan.
5. Art Finisher
Art Finisher bertanggung jawab dalam memberikan sentuhan-sentuhan artistik dari busana yang digunakan untuk keperluan syuting. Dengan berbagai cara Art Finisher harus bisa membuat busana menjadi apa yang dibutuhkan dalam visual, misalnya merubah pakaian baru menjadi lebih lawas, kotor, basah atau yang lainnya.
6. Cutter
Cutter bertanggung jawab untuk memperbaiki busana dan melakukan segala pekerjaan penjahit pada waktu syuting berlangsung.
Tahapan Kerja Penata Busana
Membuat busana untuk artis / talent membutuhkan persiapan yang matang dengan tata urutan kerja yang sistematik. Seorang perancang busana tidak bisa kerja sendiri, karena karyanya berhubungan dengan tata artistik lain. Tahapan kerja penata busana dalam proses produksi adalah menganalisis naskah, diskusi dengan sutradara dan tim artistik, mengenal pemain, persiapan produksi, desain, dan pengerjaan.
a) Menganalisis Naskah
Naskah adalah sumber gagasan dari sebuah pementasan teater. Gagasan kreatif seorang penata busana mengacu langsung pada naskah yang akan dipentaskan. Menganalisis naskah artinya adalah memahami naskah secara utuh. Seorang penata busana menganalisis naskah untuk mengetahui jenis busana, model, warna, tekstur, dan motif yang dibutuhkan.
Memahami naskah bermula dari mempelajari tokoh. Keutuhan tokoh yang menyangkut dimensi fisik, psikologis, serta latar sosial sangat menentukan arah rancangan busana. Seorang penata busana perlu juga mempelajari aktivitas tokoh yang menyangkut karakteristik akting. Seorang tokoh dalam naskah mungkin banyak melakukan adegan perkelahian dengan motif gerak silat, sehingga penata busana perlu membuat busana yang memiliki pola tertentu sehingga memberi ruang gerak secara maksimal. Dengan mempelajari naskah, seorang penata busana bisa mengetahui perubahan busana dalam setiap adegan atau babak. Semua aspek yang menyangkut fungsi busana dalam sebuah pementasan perlu dicermati oleh penata busana.
Memahami naskah akan memberikan ide-ide kreatif terhadap penata busana. Saat mempelajari naskah, seorang penata busana perlu membuat catatan-catatan penting terkait dengan gagasannya maupun hal-hal yang akan didiskusikan dengan tim artistik yang lain. Seorang penata busana juga perlu mencatat kesulitankesulitan, baik menyangkut model busana, maupun aspek teknik. Dengan mempelajari naskah dengan baik, seorang penata busana memperoleh gambaran yang utuh tentang rancangan busana yang dibutuhkan.
b) Diskusi Dengan Sutradara dan Tim Artistik
Penata busana perlu melakukan diskusi dengan sutradara untuk memperoleh pemahaman yang sama terhadap naskah. Gagasan sutradara tentang busana juga merupakan masukan yang penting bagi penata busana. Diskusi yang dilakukan dengan sutradara menyangkut model busana, bentuk, warna, motif, garis, serta kemungkinan-kemungkinan akting yang membawa konsekuensi pada rancangan busana. Masukan sutradara menjadi landasan untuk membuat desain.
Diskusi dengan tim artistik menjadi proses kerja yang penting bagi seorang penata busana. Khususnya dengan penata cahaya. Pencahayaan berpengaruh langsung pada dimensi dan warna busana. Penata busana perlu menyampaikan warna yang dipakai sehingga tidak memunculkan efek-efek lain yang tidak diinginkan. Dalam diskusi, semua gagasan artistik diungkapkan untuk mencapai kesepakatan pengolahan unsur-unsur estetiknya.
c) Mengenal Pemain
Membuat busana terkait langsung bentuk tubuh pemain. Tokoh dalam naskah mempunyai karakteristik tubuh yang tidak selalu sesuai dengan bentuk tubuh pemain. Bentuk tubuh pemain memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam membuat rancangan busana. Oleh karena itu, penata busana perlu mencatat dengan cermat karakteristik tubuh pemain. Anatomi tubuh yang tidak sesuai perlu dicarikan solusinya sehingga sesuai dengan kebutuhan tokoh.
d) Persiapan Produksi
Desain busana menentukan pengadaan dan produksi. Pengadaan dan produksi akan terkait dengan waktu, biaya, serta tenaga yang terlibat. Pengadaan busana dengan cara memadukan busana yang sudah ada, membutuhkan waktu dan biaya yang relatif sedikit. Sebaliknya, busana yang harus diproduksi membutuhkan waktu, biaya, serta tenaga yang relatif banyak. Hal ini perlu dipertimbangkan agar busana dapat disediakan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, persiapan pementasan juga merupakan hal yang penting. Persiapan pementasan perlu pengelolaan tersendiri. Pengelolaan persiapan pementasan dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan busana berdasarkan tokoh. Busana untuk masing-masing tokoh dikelompokkan tersendiri dengan catatan khusus terkait dengan jenis busana, asesoris, serta peralatan yang dibutuhkan. Busana-busana yang membutuhkan perlakukan khusus, seperti harus diseterika, dibuat kusut, dirancang untuk sobek saat dipakai akting, dan sebagainya, juga harus diperhatikan. Penata busana juga perlu memperhatikan pergantian busana tiap babak atau adegan. Semuanya harus ditata dalam alur kerja yang sistematis.
e) Desain
Desain busana berarti rancangan tentang suatu bentuk dan model busana. Desain menjadi media untuk menggambarkan gagasan perancang busana. Fungsi lain dari desain adalah sebagai alat mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain untuk dapat diwujudkan dalam bentuk busana yang sebenarnya. Secara garis besar, desain dibedakan menjadi dua, yaitu desain ilustrasi dan desain produksi.
Desain ilustrasi busana merupakan desain dasar yang tidak memiliki keterangan spesifik tentang busana. Ilustrasi busana berupa gambar yang menjadi gagasan dasar dan membutuhkan penjabaran teknik apabila hendak diproduksi.
Desain ilustrasi dengan gambar detail realistik akan memberikan kemudahan bagi sutradara dan tim tata artistik yang lain untuk memahami. Tetapi karena desain ilustrasi masih merupakan tahap awal tentunya akan sedikit menyulitkan bagi penata busana untuk menggambar desain ulang setelah mendapatkan penyesuaian dari sutradara. Pada tahap awal, gambar desain berupa sketsa lebih dianjurkan, karena masih adanya penyesuaian di sana-sini sehingga tidak terlalu menyulitkan dalam mengubah gambar desainnya.
Desain produksi adalah desain yang dibuat dengan tujuan untuk diproduksi. Oleh karena itu mengandung keterangan-keterangan teknik yang rinci, dan jelas sehingga dapat dibaca dan diwujudkan ke dalam bentuk busana yang sesungguhnya.