1. Kelemahan Indonesia
Dalam rangka mewujudkan impian Indonesia maju, kita harus bergotong royong dan berkolaborasi dalam mengatasi berbagai kelemahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Beberapa kelemahan Indonesia ialah sebagai berikut.
a. Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia Rendah
Indeks Modal Manusia atau Human Capital Index (HCI) Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Tak hanya dibandingkan dengan negara maju, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negara-negara ASEAN, seperti Vietnam dan Malaysia. Indeks Modal Manusia Indonesia sebesar 0,54.
Berdasarkan capaian pendidikan dan status kesehatan saat ini, anak-anak
Indonesia yang lahir saat ini, pada 18 tahun kemudian, diperkirakan hanya
dapat mencapai 53% dari potensi produktivitas maksimumnya. Selain itu, pasar
kerja tahun 2018 masih didominasi pekerja berkeahlian rendah.
Hal penting yang perlu kamu kaji
ialah apakah kebijakan dan strategi
pemerintah saat ini sedang menuju pada
upaya untuk meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia? Bagaimana kebijakan
dan strategi yang perlu dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan sumber
daya manusia Indonesia sehingga dapat
bersaing di kancah global?
b. Pembangunan Tidak Merata
Pembangunan Indonesia masih belum
merata, terutama disebabkan selama
puluhan tahun, pembangunan Indonesia
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Perhatikan


Jawa masih menjadi pusat perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 58,48 persen dari total perekonomian nasional. Dalam konteks ini, hal penting yang perlu kamu kaji ialah apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan pemerataan ekonomi, agar tidak melulu berpusat di Jawa. c. Kesenjangan Ekonomi Pendapatan rakyat Indonesia juga belum merata, dibuktikan dengan kesenjangan ekonomi yang tinggi. Segelintir orang memiliki kekayaan yang sangat melimpah, sementara jumlah orang dengan pendapatan rendah sangat tinggi. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melaporkan, hampir separuh aset nasional dimiliki oleh 1 persen masyarakat saja. Hal ini tercermin dalam Indeks Gini, yakni indeks untuk mengukur ketimpangan dalam sebuah negara dari 0 (kesetaraan sempurna) sampai 100 (ketidaksetaraan sempurna). Data yang
dikeluarkan Bank Dunia tahun 2018 mengungkapkan, Indeks Gini Indonesia
meningkat dari 30,0 pada dekade 1990-an menjadi 39,0 pada 2017.
d.
Pengelolaan SDA Belum Maksimal
Di dalam sumber daya alam (SDA), terdapat beberapa komponen penting,
yaitu komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik terdiri atas
berbagai jenis tanah, air, logam, gas alam, dan minyak bumi. Komponen biotik
terdiri atas tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Sumber daya alam laut
Indonesia, misalnya, diperkirakan memiliki potensi kurang lebih Rp17 ribu
triliun setiap tahun jika itu dikelola dengan maksimal. Belum lagi sumber daya
alam lainnya yang juga sangat melimpah. Kamu bisa mencari secara spesifik
tentang kekayaan sumber daya alam Indonesia tersebut.
e. Korupsi Masih Merajalela
Pada 2019, ICW (Indonesia Corruption Watch) mencatat ada 271 kasus korupsi
yang ditangani oleh Kejaksaan Agung, Kepolisian, dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dengan jumlah tersangka 580 orang, kerugian negara Rp8,4 triliun,
jumlah suap Rp200 miliar, pungutan liar Rp3,7 miliar, dan jumlah pen cucian
uang Rp108 miliar. KPK men catat total kerugian negara akibat kasus korupsi
men capai Rp168 triliun. Ke rugian ini me rupa kan akumulasi penanganan kasus
korupsi selama 2004-2019. Pelajarilah infografik be rikut yang meng gambarkan
ten tang kerugian negara akibat korupsi yang terus mengalami peningkatan. Pada
topik ini, kamu dapat mempelajari bagaimana kebijakan dan strategi yang perlu
dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi tindakan korupsi di tanah air.

f.
Pungutan Liar Merajalela
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) berhasil melakukan
8.424 operasi tangkap tangan (OTT) sejak periode 2016 hingga Oktober 2018. Dari
data infografik berikut, kamu dapat mempelajari lebih dalam tentang instansi
mana saja yang paling banyak melakukan pungutan liar dan mengapa. Apa
kebijakan dan strategi nasional yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi pungutan liar tersebut?
g.
Bencana Alam
Sejumlah bencana alam seperti gempa bumi dan banjir terjadi di Indonesia
yang merugikan bangsa dan negara Indonesia. Kerugian bangsa dan negara
tidak hanya material berupa bangunan yang rusak, tetapi juga menghambat laju
perekonomian Indonesia. Tak hanya itu, bencana alam ini juga menyebabkan
korban jiwa yang tidak sedikit. Konsekuensi Indonesia dikelilingi oleh banyak
gunung berapi (ring of fire), bencana alam berupa letusan gunung berapi terus
menghantui Indonesia. Perhatikan dua infografik terkait dengan deretan gempa
bumi dan bencana di Indonesia. Terkait dengan hal itu, apa yang dapat dilakukan
oleh bangsa dan negara Indonesia?

Tentu masih ada banyak kelemahan lain. Kamu dapat mencari sejumlah
sumber lain untuk mengkaji lebih mendalam, baik dilakukan secara individual
maupun berkelompok. Misalnya, kamu dapat secara spesifik mengkaji kelemahan
Indonesia dari sudut pandang ekonomi, budaya, sosial, pertahanan, keamanan,
geografis, dan lain sebagainya.
2.
Tantangan Indonesia
Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan yang besar dalam kehidupan
global ini, beberapa di antaranya seperti berikut.
a.
Dengan masifnya teknologi informasi, berbagai ideologi luar (konsumerisme,
radikalisme, dan terorisme internasional) masuk dan memengaruhi bangsa
Indonesia yang berefek pada pola pikir eksklusif, pandangan intoleran,
hingga perilaku destruktif. Bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila
wajib mempertahankan sifat maupun sikap cinta damai, toleransi dalam
meminimalkan dampak negatif ideologi luar dimaksud.
b.
Kemajuan teknologi informasi membawa dampak negatif terhadap ancaman
atas kedaulatan data pribadi warga negara Indonesia di media sosial. Data
pribadi (seperti Nomor Induk Kependudukan, identitas diri, pilihan pribadi,
lokasi pribadi) dimaksud dieksploitasi untuk kepentingan tertentu dengan
tidak bertanggung jawab. Negara wajib meningkatkan keamanan siber dalam mempertahankan kedaulatan data pribadi warga negaranya. Di
samping itu, warga negara hendaklah makin meningkatkan literasi digital
dalam menggunakan media sosial secara etis.
c.
d.
Salah satu dampak dari globalisasi ialah penyeragaman budaya. Masyarakat
Indonesia yang memiliki kekayaan dan kekuatan budaya akan ditantang
oleh budaya-budaya dunia. Budaya Hollywood dan K-pop, misalnya, banyak
digandrungi oleh generasi muda, pada satu sisi, dan kebanggaan terhadap
budaya sendiri makin berkurang, pada sisi yang lain. Begitu juga dengan
bahasa yang digunakan. Beberapa generasi muda lebih bangga menggunakan
bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia.
Citra Indonesia dalam kehidupan global tak sepenuhnya positif. Pandangan
stereotip atau stigma bahwa bangsa Indonesia terbelakang, negara Indonesia
miskin tidak menggentarkan kita sebagai satu bangsa. Justru kita terus
memperbaiki diri, berkarya, berprestasi dalam berbagai bidang dalam lingkup
lokal, nasional, maupun internasional. Dengan demikian, kita berkontribusi
positif dalam menciptakan negara yang stabil (minim pergesekan politik,
perekonomian tumbuh, kohesi sosial dirawat baik oleh segenap masyarakat).
Tentu saja, masih ada banyak peluang dan tantangan lain yang dihadapi
oleh Indonesia. Oleh karena itu, kamu perlu menggali dan mengkaji melalui
sumber-sumber lain.
3.
Tantangan di Era Global
Kita berada di dunia yang saling terhubung satu dan yang lain. Satu individu di
suatu negara dapat berinteraksi dengan individu lain dari negara lain. Inilah era
yang disebut globalisasi. Selo Soemardjan mendefinisikan “globalisasi adalah
terbentuknya sebuah komunikasi dan organisasi di antara masyarakat satu
dengan yang lainnya yang berbeda di seluruh dunia yang memiliki tujuan untuk
mengikuti kaidah-kaidah baru yang sama”.
Salah satu akibat dari globalisasi ini ialah terkikis dan bergesernya nilai-nilai
dan norma agama, sosial, dan budaya pada suatu masyarakat. Berapa banyak
nilai, norma, dan tradisi lokal yang mulai bergeser akibat pengaruh globalisasi
ini. Dampak lain globalisasi ialah negara kurang dirasakan masyarakat sebagai
aktor yang cukup penting. Karena globalisasi ini, ada banyak aktor non-negara
seperti perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, komunitas yang tampil seperti
halnya negara yang berperan memenuhi kepentingan masyarakat.
Namun, di sisi lain, globalisasi ini membawa berbagai peluang bagi Indonesia
untuk menguatkan peran dan pengaruhnya di seluruh dunia, seperti peluang untuk melanjutkan studi di negara lain, turut serta merasakan kemajuan negara
lain, peluang untuk mengembangkan usaha dan ekonomi masyarakat, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain, globalisasi ini harus dikelola pengaruhnya agar
benar-benar membawa berkah bagi Indonesia. Caranya ialah menghidupkan
nilai-nilai Pancasila dalam pergaulan global serta menjadikan Pancasila sebagai
pedoman dalam merespons tantangan yang dihadapi oleh Indonesia.
Berikut ini beberapa tantangan yang muncul di era globalisasi.
a.
Menguatnya Individualisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, individualisme diartikan dengan
empat makna, yaitu: 1) paham yang
menganggap manusia secara pribadi
perlu diperhatikan, 2) paham yang
menghendaki kebebasan ber buat dan
menganut kepercayaan bagi setiap
orang, 3) paham yang mementingkan
hak perseorangan dengan menge
sampingkan kepentingan masyara
kat atau negara, dan 4) paham yang
menganggap diri sendiri (kepribadi
Gambar 2.17 Ilustrasi Individualism
Sumber: canva.com
an) lebih penting daripada orang lain.
Individualisme ini sering kali menjadi agenda terselubung bagi isu Hak
Asasi Manusia (HAM). Nilai-nilai HAM yang datang dari negara-negara Barat
berasal dari pemikiran yang menempatkan manusia sebagai subjek individu yang
bebas (individualisme). Pemikiran tersebut belum tentu cocok jika diterapkan
di Indonesia. Pasalnya, budaya dan norma Indonesia lebih mengutamakan
kepentingan bersama ketimbang kepentingan individu, seperti yang tecermin
dalam budaya gotong royong.
Dengan menguatnya individu, hal-hal yang menjadi kepentingan umum
sering kali terganggu. Tidak sedikit orang melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu yang mengganggu kepentingan umum dengan mengatasnamakan
HAM. Di saat bersamaan, negara tampak terlihat melemah. Negara sering kali
tampak tidak berani menindak perbuatan-perbuatan individu yang mengganggu
ketertiban umum karena khawatir mendapatkan protes dan tudingan sebagai
pelanggaran HAM, baik di dalam maupun luar negeri.
b. Kosmopolitanisme
Kosmopolitan berasal dari kata Yunani,
kosmopolites yang berarti ‘warga dunia’ (citizen
of the world). Kosmopolitanisme ini merupakan
satu paham yang menganggap seluruh manusia
adalah anggota dari satu komunitas (warga
dunia/global). Paham ini mendorong adanya
tatanan kehidupan manusia yang seragam
yang didasari oleh nilai-nilai universal yang
berlaku di seluruh dunia. Paham ini cenderung
mengecilkan keberadaan nasionalisme, cinta
tanah air, serta nilai-nilai lokal dan nasional
yang berlaku di suatu daerah dan negara.
Gambar 2.18 Ilustrasi Kosmopolitanisme
Sumber: canva.com
Akibat dari menguatnya kosmopolitanisme ini ialah pelemahan dan identitas
kebangsaan. Nilai, norma, dan aturan suatu negara dipaksa harus tunduk
pada nilai universal tersebut. Akibatnya, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
akan terkikis. Padahal, dalam pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, Sukarno
mengatakan “Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di
dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak
hidup dalam taman-sarinya internasionalisme.”
c.
Fundamentalisme Pasar
Fundamentalisme adalah suatu paham yang cenderung memperjuangkan
sesuatu secara mendasar tanpa kompromi. Sementara, kata pasar dalam
pengertian fundamentalisme pasar lebih cocok diarahkan pada satu gagasan atau pemahaman tentang mekanisme tukar-menukar (jual/beli). Harry B. Priyono
mendefinisikan fundamentalisme pasar sebagai “satu gagasan/paham yang
menganggap mekanisme pasar (transaksi jual/beli) bukan hanya sebagai prinsip
pengatur alokasi pemenuhan barang/jasa kebutuhan, tetapi sebagai satu-satunya
prinsip/dasar pengatur seluruh bidang kehidupan dalam tatanan bermasyarakat”.
Fundamentalisme pasar menekankan kepentingan ekonomi individu harus
diutamakan di atas kepentingan ekonomi bersama. Tak hanya itu, fundamentalisme
pasar juga menghendaki agar peran negara dalam pengaturan ekonomi harus
sesedikit mungkin. Jika pun negara harus mengatur, aturan yang dikeluarkan
harus memfasilitasi dan mendorong terciptanya kebebasan individu untuk
dapat bertransaksi secara leluasa dalam pasar. Negara, misalnya, tidak punya
kewenangan untuk menentukan harga bahan-bahan pokok yang menjadi
kebutuhan warga negara, semuanya harus diserahkan kepada mekanisme pasar.
d.
Radikalisme
Kata radikalisme berasal dari bahasa Latin ”radix’ yang berarti akar. Secara
harfiah, radikalisme bermakna satu paham atau aliran (-isme) yang hendak
mengubah tatanan kehidupan masyarakat secara mendasar atau mengakar
dengan cara kekerasan. Pada dasarnya, kata radikalisme tidak selalu bermakna
negatif karena peristiwa Revolusi 1945 dapat dikatakan sebagai gerakan radikal
karena hendak mengubah tatanan masyarakat secara radikal dari penjajahan
menuju kemerdekaan.
Untuk mempermudah, mari, kita simak pemaknaan radikalisme dari beberapa
ahli sebagaimana yang dikutip dalam buku Pancasila Dialektika dan Masa Depan
Bangsa (2019) berikut ini.
Kata radikalisme ini seringkali dikaitkan dengan sikap keberagamaan menjadi
radikalisme beragama. 1) Ajaran yang sangat mengutamakan ketaatan mutlak
pada agamanya dan menganggap salah keyakinan yang lain sehingga harus
dimusnahkan; 2) Bahwa ajaran-ajaran agama diterima dirinya secara paksa,
eksklusif, dan bukan sebagai bentuk pilihan yang bebas; 3) Ada sifat militansi
(ketangguhan membela) yang berlebihan sehingga menutup ruang dialog dengan
penganut agama lain dalam menjalani kehidupan sosial; 4) Sangat menyangkal
keberadaan nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas di luar agama yang dianut.
Dalam konsep ini, semua tindakan bisa dibenarkan (termasuk mengorbankan
manusia) demi tegaknya penafsiran sepihak atas nilai-nilai dalam agama.
e. Intoleransi
Kata intoleransi berasal dari kata toleransi yang mendapatkan imbuhan “in-” yang
bermakna tidak sehingga kata intoleransi berarti tidak toleran. Kata toleransi
sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri. Karena itu, intoleransi dapat didefinisikan sebagai keadaan di mana
seseorang atau sekelompok masyarakat selalu memaksakan keyakinannya
untuk dituruti pihak lain, padahal sesungguhnya pihak lain pun mempunyai
hak yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks Indonesia, praktik intoleransi terjadi di lingkungan sekitar
kita, termasuk di sekolah. Penyebab maraknya intoleransi cukup beragam,
beberapa di antaranya:
1.
2.
3.
4.
sikap memungkiri kemajemukan (keberagaman) sebagai keniscayaan,
adanya kepentingan politik pihak tertentu yang menggunakan agama untuk
membangkitkan solidaritas berlebihan yang saling berlawanan,
kemiskinan yang berpengaruh pada rendahnya tingkat pendidikan dan
wawasan serta kemasabodohan,
kurang adanya komunikasi (dialog) cerdas yang mendukung keberagaman dan
kebangsaan sehingga memunculkan prasangka-prasangka yang berpotensi
memicu kebencian.