BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH
Penulis : Ucke Rakhmat Gadzali, S.Pd.
Budaya sekolah merupakan nilai-nilai positif yang diyakini sebagai kebiasaan baik oleh seluruh warga sekolah baik itu guru, siswa, Kepala sekolah, Karyawan sekolah, juga orangtua, yang membutuhkan konsistensi dalam mewujudkannya dan dibuat dengan tujuan untuk membentuk karakter positif yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Menciptakan lingkungan yang positif di sekolah sangat penting, karena sekolah merupakan tempat kegiatan pembelajaran berlangsung, selain sebagai tempat pembelajaran, sekolah juga berfungsi sebagai tempat bersosialisasi, penggali potensi dan membentuk karakter, menciptakan lingkungan positif disekolah sama artinya dengan menciptakan pembentukan karakter yang positif untuk seluruh warga sekolah. Lingkungan yang aman dan nyaman menjadi faktor utama dalam menciptakan lingkungan positif, aman dan nyaman tersebut dapat dirasakan dari baiknya interaksi antar warga sekolah, suasana kondusif tentunya akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan pada akhirnya tujuan atau visi akan lebih mudah tercapai. Cara untuk mewujudkan hal tersebut bisa dengan memberikan contoh positif, baik itu perkataan, perbuatan, maupun cara berinteraksi, ciptakan suasana nyaman kepada orang-orang sekitar, baik itu melalui kolaborasi maupun komunikasi yang menyenangkan.
Disiplin positif menjadi hal utama dalam proses pembentukan budaya positif di sekolah, disiplin positif juga menjadi motivasi kita dalam pelaksanaannya, bagaimana guru menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya, dengan menerapkan motivasi dalam diri dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti tepat waktu dalam Pembelajaran, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan dalam diri siswa.
Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, penyedia penitipan anak, pekerja muda, dan lainnya).
Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka
Dalam penerapan disiplin positif, ada banyak factor yang mempengaruhi siswa melakukan hal tersebut, karena pada dasarnya manusia memiliki Motivasi Perilaku Manusia. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia, yaitu :
- Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
- Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
- Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya
Untuk dapat mewujudkan disiplin positif tentunya harus dibuat terlebih dahulu kesepakatan atau keyakinan kelas, yang mana keyakinan kelas tersebut dapat digunakan untuk memotivasi Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat. Keyakinan kelas dibuat oleh seluruh warga kelas lewat kegiatan curah pendapat, yang didalamnya memuat tentang pernyataan-pernyataan universal dan dibuat dalam bentuk positif. Keyakinan kelas isinya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas dan dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Dalam upaya mewujudkan disiplin positif, guru tentunya memiliki posisi control yang penting. Sebagai Manajer, Teman dan Pemantau sangat diperlukan karena sebagai manajer guru berada di posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, sebagai seorang guru posisi control yang harus dihindari adalah sebagai Penghukum dan Pembuat orang merasa bersalah, karena di posisi ini siswa akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri sendiri, merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. Selama ini hukuman merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi siswa dari seorang guru, padahal hukuman mempunyai arti berbeda. Hukuman adalah sebuah bentuk yang tidak sesuai dalam upaya mengembalikan tingkah laku yang berlaku Secara umum. hukuman yang dilakukan dapat berpengaruh buruk terhadap karakter siswa dan tidak bagus untuk psikologis anak, bukan hukuman yang diterapkan melainkan Disiplin positif, karena Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan siswa untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru, bahkan orangtua.
Ketika terjadi kendala di sekolah saat proses disiplin positif yang disebabkan oleh siswa, maka guru perlu melakukan Restitusi atau proses menciptakan kondisi bagi siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mengajarkan siswa untuk mencari solusi dari masalah yang ada, membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Lalu bagaimana cara melakukan restitusi? Ada 3 tahap dalam melakukan restitusi yang disebut dengan Segitiga Restitusi yaitu
- Menstabilkan identitas
- Validasi tindakan yang salah
- Menanyakan keyakinan
Dalam Pembelajaran, bukan hanya Budaya positif yang menjadi materi dan diterapkan dalam pendidikan di sekolah. Sebagai guru penggerak, Kita juga harus mengingat dan mengaitkan materi-materi yang sudah di pelajari sebelumnya agar penerapan dalam Pembelajaran dapat berkesinambungan. Marilah kita ingat Kembali materi pada modul ini.
Yang pertama adalah tentang tujuan Pendidikan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak” dan Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran tentang Pendidikan dan Pengajaran Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang memiliki arti di depan memberi contoh di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Semboyan tersebut dapat kita adaptasi dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai guru kita harus dapat menjadi contoh yang baik untuk siswa, teman sejawat atau orangtua siswa. Bukan hanya sekedar sebagai guru yang memberi materi pembelajaran saja, kita juga memiliki kewajiban untuk memberikan motivasi dan semangat kepada para siswa, dan mendorong agar siswa dan teman sejawat kita dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
Hubungan guru dan murid adalah faktor utama dalam membangun budaya positif disekolah. Lalu bagaimana peran guru penggerak dalam menciptakan budaya positif di sekolah?. Tentunya dengan cara memaksimalkan Nilai dan Peran guru dalam upaya mewujudkan budaya positif, hal ini sangat penting, karena guru memiliki nilai
- Mandiri
- Reflektif
- Kolaboratif
- Inovatif
- Berpihak pada Murid.
Dan juga memiliki peran
- Sebagai pemimpin Pembelajaran
- Menggerakkan komunitas Praktisi,
- Menjadi pelatih guru lain
- Mendorong Kolaborasi antara Guru dan pemangku kepentingan
- Mewujudkan Kepimpinan Murid
Tentunya untuk mewujudkan budaya positif di sekolah tidak lepas dari berbagai cara dan strategi yang dapat diambil, diantaranya adalah dengan melatih dan membiasakan untuk dapat Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif dan Berpihak pada siswa.
Selain hal tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah Visi Murid Impian, guru harus dapat membuat visi tersebut untuk menggali potensi yang dimiliki oleh siswa secara maksimal. Visi yang sudah saya buat adalah “Mewujudkan Siswa Berkarakter Positif sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila”
Pembuatan Visi dilakukan dengan Pendekatan IA dan dapat dimulai dengan menganalisis dan memetakan segenap potensi, kekuatan, daya dukung yang dimiliki baik unsur internal maupun eksternal serta mengidentifikasi hal baik yang sudah ada di sekolah, mencari cara agar hal yang baik dapat dipertahankan, sehingga kelemahan dan kekurangan serta ketidakadaan menjadi tidak relevan. Tahapan utama dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah BAGJA, kependekan dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabaran Rencana, Atur Eksekusi. Kata BAGJA juga dapat diartikan sebagai “Bahagia“.
Refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini.
Pada Modul ini dipelajari tentang
Bagaimana menerapkan disiplin positif dengan menanamkan motivasi pada murid,
Mempelajari pentingnya keyakinan kelas,
Mempelajari 5 posisi kontrol yaitu penghukum, membuat orang lain merasa bersalah, teman, pemantau dan manager,
Mempelajari kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari cinta dan kasih sayang, kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan,
Serta mempelajari penanganan masalah murid dengan segitiga restitusi yang terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan salah dan menanyakan keyakinan kelas
Perasaan saya mempelajari modul ini adalah bahagia, semangat dan antusias ingin selalu mempraktikkan semua teori tentang budaya positif untuk dapat diaplikasikan di dalam kelas atau di lingkungan sekolah
Pembelajaran yang saya dapatkan adalah saya jadi mengerti apa itu disiplin positif, penanaman motivasi pada siswa, sangat penting disertai dengan pembuatan keyakinan kelas di awal pembelajaran agar siswa dapat terkontrol dengan sendirinya yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar murid yang berbeda-beda dan kita bisa memberikan kepercayaan penuh pada murid yang bermasalah dengan melakukan kontrol sebagai manager, sehingga murid dapat mencari solusi terbaik untuk masalahnya. Bila permasalahan berlanjut maka saya akan mengadakan segitiga restitusi sehingga bisa menyelesaikan masalah murid dengan baik dan benar.
Perubahan yang akan saya lakukan adalah saya akan selalu mempraktikkan teori budaya positif di dalam pembelajaran kelas atau di lingkungan sekolah. Dan berusaha untuk melakukan perubahan pada diri sendiri supaya dapat memberi contoh untuk rekan guru yang lainnya