Thursday, February 16, 2023

Alasan Gus Dur Mengakui Agama Konghucu di Indonesia



Tulisan ini akan membahas alasan Gus Dur mengakui agama Konghucu di Indonesia.  Pada masa Orde Baru, terjadi berbagai diskriminasi dan kekerasan terhadap penganut agama Konghucu dan etnis Tionghoa pada umumnya. Mereka dikucilkan baik secara ekonomi, sosial, hingga budaya.

Perayaan-perayaan keagamaan Konghucu tidak diperbolehkan, nama-nama mereka harus diubah dengan nama “pribumi”, klenteng mereka juga harus berganti nama menjadi vihara dan bernaung dengan pelayanan keagamaan Buddha.

Negara hanya mengakui dan melayani lima agama saja, yakni Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu, pemeluk Konghucu dipaksa memilih dan konversi ke agama resmi. Bagi pemerintah saat itu, Konghucu bukanlah sebuah agama, melainkan aliran kebudayaan atau falsafah hidup semata.

Meskipun begitu, sebagian dari mereka tetap setia memperjuangkan agamanya sebagai agama tersendiri. Tentu nyawa mereka juga menjadi ancaman ketika isu komunisme menguat. Mereka bisa dituduh PKI, dan dituduh PKI berarti siap mati kapan saja, di mana saja.

Memasuki masa peralihan dari Orde Baru menuju Reformasi, terjadi pemberontakan luar biasa terhadap etnis Tionghoa. Banyak dari mereka yang dibunuh, rumah-rumah dibakar, hingga perempuan-perempuan mereka diperkosa. Hal ini menjadi trauma yang luar biasa bagi etnis Tionghoa di Indonesia.

Setelah Orde Baru runtuh, keberadaan mereka mulai diterima perlahan. Ketika Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memimpin, agama Konghucu resmi diakui negara, identitas pemeluknya dihargai, dan diberi kebebasan untuk mengekspresikan keagamaannya. Larangan perayaan adat istiadat Konghucu juga dihapuskan. Gus Dur bahkan mengeluarkan Keppres yang menjadikan Imlek sebagai hari libur.

Dalam Islamku, Islam Anda, Islam Kita, Gus Dur menegaskan bahwa orang dengan etnis Tionghoa yang umumnya beragama Buddha dan Konghucu adalah bagian dari Indonesia. Mereka mengakui dan juga diterima sebagai warga negara. Keturunan Tionghoa memiliki hak-hak yang sama dengan warga negara yang lain karena mereka juga dilahirkan di Indonesia.

Menganggap etnis Tionghoa sebagai “yang lain” adalah kesalahan besar yang tidak boleh diteruskan. Adanya orang dengan etnis Tionghoa di Indonesia sama saja dengan adanya orang Papua, orang Sunda, orang Jawa, dan lain sebagainya. Karenanya, mereka juga “penduduk asli”. Tidak berbeda.

Gus Dur menawarkan kebangsaan Indonesia yang tidak berdasarkan ras.  Bagi Gus Dur, warga Indonesia tidak hanya terdiri dari agama atau etnis tertentu saja, tetapi majemuk. Beragam. Tidak mengherankan jika perjuangannya ini membuat sosok Gus Dur dihormati dan dicintai oleh hampir semua pemeluk agama, termasuk Konghucu.

Keputusan-keputusan Gus Dur tentu sangatlah berarti, bukan hanya bagi umat Konghucu, tetapi juga untuk penegakan kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Bagi ulama asal Jombang ini, negara tidak berhak mendefinisikan mana agama dan mana yang bukan. Pemeluknya sendirilah yang berhak menentukan.

Gus Dur juga menerangkan bahwa Islam sangatlah menerima dan menghargai perbedaan sebagai sesuatu yang wajar terjadi di dalam masyarakat. Seperti yang tertuang dalam Q.S. Ali Imran [3]: 103;

“Berpeganglah kalian pada tali Tuhan dan secara keseluruhan serta jangan terpecah-pecah dan saling bertentangan.”

Perjuangan Gus Dur dalam menghapus diskriminasi terhadap pemeluk agama minoritas seperti Konghucu memang luar biasa. Namun, perjuangan itu belum selesai, karena selain Konghucu, banyak agama lain yang lahir dan tumbuh di Indonesia dan tidak kalah didiskriminasi dan dikucilkannya.

Gus Dur menyerukan bahwa jika kita ingin menjadi bangsa yang besar, maka kita harus menghentikan segala praktik diskriminasi. Adapun perbedaan yang ada, tidak boleh menjadi penyebab pertentangan apalagi permusuhan, melainkan kekayaan bangsa yang harus dirawat bersama.

Demikian penjelasan terkait Alasan Gus Dur mengakui agama Khonghucu di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Sumber : Alasan Gus Dur Mengakui Agama Konghucu di Indonesia | Bincang Syariah

No comments:

Post a Comment

Featured Post

12 Langkah Proses Membuat Kain Batik Tulis!

12 Langkah Proses Membuat Kain Batik Tulis! Oleh : Ucke Rakhmat Gadzali, S.Pd. Kain batik tulis merupakan warisan budaya tradisional Indones...