Penata Artistik Televisi adalah bagian dari kru televisi yang tentu berkaitan dengan art televisi (cipta seni televisi), di beberapa stasiun televisi tata artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau Art Departement. Di dalam departemen tersebut terbagi menjadi beberapa unit bagian yakni : Unit Dekorasi (Scenary), Unit Properti (Props), Unit Grafika (Graphic), serta Unit Tata Rias dan Busana (Dress & Makeup). Walaupun di beberapa stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti urutan tersebut, misalnya unit grafika (grafis) di stasiun televisi justru bertanggung jawab pada post-production manager. Padahal semestinya grafika (unit grafis) bertanggung jawab kepada departemen artistik.
Tanggung jawab penata artistik tentu adalah membuat sebuah layar terlihat seperti sebenarnya, semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau tayangan sebuah acara televisi. Terdapat sedikit berbeda antara penata artistik televisi dan film. Seorang art director dalam struktur perfilman, bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer dan berada dalam level yang sama dengan set decorator. Namun di televisi penata artistik menjadi bagian dari departemen tersendiri, yang diantara mereka mempunyai kepala divisi sendiri-sendiri.
Mengulas tata artistik karya audio visual semua berawal dari istilah mis-en-scene, dimana istilah ini sebenarnya hanya terdapat pada produksi film, tetapi dari prinsip dan sistem/cara yang ada hampir sama dengan pembuatan karya audio visual lainnya baik untuk televisi dan video. Mise-en-scene [baca: mis ong sen] adalah segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise-en-scene berasal dari kata Perancis yang memiliki arti “putting in the scene”. Mise-en-scene adalah unsur sinematik yang paling mudah Anda kenali karena hampir seluruh gambar (shot) yang Anda lihat dalam film. Jika Anda ibaratkan layar bioskop adalah sebuah panggung pertunjukan maka semua elemen yang ada di atas panggung tersebut adalah unsur-unsur dari mise-en-scene. Dengan demikian bisa kita katakan bahwa separuh kekuatan sebuah shot terdapat pada aspek mise-enscene.
Dalam sebuah produksi program televisi unsur mise-en-scene identik dengan istilah scenary, props, graphic, dan dress & makeup. Istilah-istilah tersebut tentu tidak berdiri sendiri dan terkait erat dengan unsur sinematik lainnya, seperti videografi, editing, dan suara, begitu juga di dalam film. Jika pada mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yakni: setting (latar); kostum dan tata rias wajah (makeup); pencahayaan (lighting); dan para pemain dan pergerakannya (acting), maka pada televisi pembagiannya pun menjadi empat bagian unit yakni scenary, props, graphic, dan dress & makeup. Di mana produksi acara televisi tanpa keterlibatan unsur scenary, props, graphic, dan dress & makeup, maka acara televisi tak ubahnya layaknya pertunjukan panggung belaka.
Apakah Anda pernah melihat sebuah program atau acara televisi yang mengambil gambarnya hanya menggunakan satu latar saja, dan hanya menggunakan satu kamera tanpa pergerakan dan perubahan dimensi jarak, serta tanpa interupsi gambar sedikit pun dengan durasi lebih dari satu jam. Jika ada sekali pun, bisa jadi gambar (shot) itu tentu akan sangat membosankan.
Tata artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling). Termasuk didalam seni tata artistik’, yaitu:
Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara.
Menciptakan look dan style.
Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik.
Yang termasuk didalam kerajinan (craft)
Pemilihan material untuk menetapkan look dan style.
Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode.
Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.
Seorang production designer (perancang tata artistik) diharapkan mampu menterjemahkan skenario dan konsep cerita kedalam bentuk artistik yang nyata (kasat mata). Kolaborasi sutradara, director of photography dan production designer sudah dilaksanakan jauh sebelum shooting dimulai
BIDANG KERJA DEPARTEMEN TATA ARTISTIK
Membuat sketsa-sketsa awal.
Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain.
Menentukan color palette.
Menentukan konsep artistik secara integral.
Merancang biaya tata artistik.
Menjadwal pembagian shot.
Membuat setting dan properti.
Menjaga kontinuitas artistik.
Pertanggungjawaban tata artistik.
SUB DEPARTEMEN TATA ARTISTIK
Dalam pembuatan film atau video, banyak hal yang dibutuhkan dari departemen seni untuk menunjang proses produksi. Untuk itu, dalam art department memiliki jumlah kru yang bisa mencapai puluhan bahkan ratusan dan terbagi menjadi sub-department dengan memiliki tugas tersendiri untuk mendukung produksi film, simak penjelasan selengkapnya!
1. Desainer Produksi
Dalam pembuatan film, desainer produksi bertanggung jawab terhadap penciptaan fisik atau visual untuk tampilan sebuah film. Visualisasi untuk sebuah film berhubungan dengan hal-hal seperti, setting lokasi, kostum, properti, makeup karakter, dan semua pekerjaan unit. Biasanya desainer produksi akan bekerja sama dengan produser, sutradara, serta sinematografer untuk menciptakan tampilan sebuah film.
2. Art Director
Art director adalah Orang yang bertanggung jawab terhadap penataan artistik serta bertanggung secara langsung kepada desainer produksi dan bertugas untuk mengawasi langsung kerja para seniman dan pengrajin maupun orang-orang yang memberikan rancangan visual. Salah satunya seperti desainer serta illustrator, yang nantinya hasil desain yang sudah dibuat akan dikembangkan desainer produksi. Tidak hanya itu, art director juga bekerja sama dengan sub konstruksi untuk mengawasi estetika serta detail tekstur dari set atau properti yang akan digunakan bisa sesuai konsep yang diharapkan.
3. Asisten Art Director
Art director membutuhkan asisten yang terdiri dari beberapa orang dalam satu tim. Mereka bertugas langsung ke lapangan, seperti mengukur lokasi, membuat desain grafis, menyediakan alat tulis, mendesain dan menggambar set, serta mengumpulkan informasi yang akan diberikan kepada desainer produksi.
4. Desainer Set
Pada divisi ini terdiri dari arsitek maupun desainer interior yang yang memahami tentang desain interior untuk keperluan set shooting yang dimintai langsung oleh desainer produksi.
5. Graphic Designer
Graphic designer memiliki tugas untuk menggambarkan representasi visual desain untuk mewujudkan konsep grafis yang dibuat oleh production designer. Mereka bertugas untuk membuat desain kebutuhan grafis dengan arahan dari production designer, seperti properti majalah, poster, koran, kalendar jaman dahulu, hingga nama papan nama warung yang memang dibutuhkan untuk shooting film. Untuk membuat desain grafis yang cocok untuk kebutuhan produksi, para graphic designer perlu melakukan riset yang disesuaikan dengan tahun cerita, konsep, hingga tone yang digunakan pada film.
6. Set Decorator
Pada divisi set decorator biasanya terdiri dari beberapa orang yang bertugas untuk mendekorasi untuk keperluan film dan video, seperti perabotan dan benda-benda yang dibutuhkan untuk mendukung suasana yang akan terlihat saat pengambilan gambar dalam pembuatan film.
7. Buyer atau Runner
Buyer adalah orang yang bertugas mencari dan membeli atau menyewa perlengkapan untuk set dress atau pernak-pernik lainnya yang dibutuhkan selama produksi film. Biasanya mereka juga akan standby selama produksi jika sewaktu-waktu ada kebutuhan yang mendadak.
8. Set Dresser
Set dresser adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengatur pernak-pernik perlengkapan set dekorasi. Mereka bertugas untuk menata pernak-pernik dekorasi yang akan digunakan pada set untuk shooting, seperti furniture, gorden, karpet, serta berbagai kebutuhan untuk mendukung visual shooting. Tugas dari set dresser cenderung pada hal-hal detail, seperti membuat set dan detail perlengkapannya untuk mendukung latar ketika pengambilan gambar adegan sebuah film.
9. Master Properti
Master properti merupakan seseorang yang ahli properti, dimana mereka bertugas untuk menemukan dan mengelola semua properti yang terlihat di film atau video. Seorang master properti harus mampu mencari properti setelah melakukan riset agar mendapatkan barang yang sesuai untuk kebutuhan film. Selain itu, dibutuhkan kemampuan bernegosiasi untuk mendapatkan barang yang sesuai dari banyak penjual.
10. Props Builder
Sesuai namanya, props builder atau ahli pembangunan properti bertugas untuk membangun properti yang dibutuhkan untuk menunjang pembuatan film atau video, seperti panggung, konstruksi, pengecoran plastik, dan lain sebagainya.
11. Makeup Artist
Makeup artist pada semestinya masuk dalam departemen tata artistik film. Namun, di Indonesia seorang makeup artist merupakan divisi yang berada diluar departemen seni. Ketika ada sebuah project, biasanya tim produser dari production house akan mencari makeup artist yang dibutuhkan untuk menunjang penampilan dari aktor yang akan berperan dalam film. Makeup artist bertugas untuk merias dan menata rambut aktor agar sesuai dengan konsep dari film. Jika dibutuhkan, pada departemen ini terdapat ahli merias spesial efek untuk menciptakan efek-efek khusus untuk memanipulasi tampilan pada satu karakter, misalnya pada film horor yang membutuhkan efek karakter berdarah dan menyeramkan.
12. Wardrobe
Wardrobe merupakan departemen yang mengatur penampilan serta kostum para aktor yang akan muncul pada film atau video. Pada departemen ini, terdapat perancang busana yang bertanggung jawab atas semua pakaian dan kostum yang dikenakan oleh semua aktor yang akan muncul di dalam film. Perancang busana bertugas untuk menciptakan kostum mulai dari merancang, pemilihan bahan, warna, serta ukuran yang akan digunakan oleh para pemeran dalam film. Tim perancang busana akan bekerja sama dan berhubungan langsung dengan sutradara untuk memahami konsep karakter apa yang ingin dimunculkan serta menyelaraskan warna tone atau suasana film yang sesuai dengan desainer produksi.
Departemen seni dan sub departemennya akan sangat bekerja sama dengan kru kamera, kru pencahayaan, kru lokasi, kru efek visual, dan kru produksi lainnya. Pada saat tahap pra-produksi, departemen seni sibuk untuk menyiapkan properti serta kebutuhan set untuk pengambilan gambar pada proses produksi film nantinya. Selama produksi pun, departemen seni akan standby untuk memastikan serta membantu memasukkan properti yang digunakan dalam pengambilan gambar. Pasca produksi, biasanya departemen seni dibutuhkan untuk kebutuhan grafis dalam membuat judul dan ukuran kredit serta memberi masukan untuk sentuhan akhir pada film.
Itulah informasi lengkap seputar departemen seni yang memiliki peran penting dalam pembuatan sebuah film atau video. Untuk Anda yang ingin bekerja di industri kreatif seperti production house, tentu penting untuk mengetahui departemen apa saja yang ada dalam pembuatan sebuah film. Jika tertarik, Anda bisa menyesuaikan departemen apa yang sesuai dengan minat di industri kreatif, khususnya di production house.
No comments:
Post a Comment